Selasa 18 Nov 2014 17:38 WIB

Sekolah Inklusif Jauh Lebih Baik Ketimbang SLB

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Djibril Muhammad
Siswa Tuna Rungu mengikuti lomba menggambar tingkat SLb Se-Jakarta Timur di Gedung Serba Guna 3 Asrama Haji, Jakarta Timur, Rabu (23/4).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Siswa Tuna Rungu mengikuti lomba menggambar tingkat SLb Se-Jakarta Timur di Gedung Serba Guna 3 Asrama Haji, Jakarta Timur, Rabu (23/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan, anak-anak difabel bisa bersekolah baik di SLB maupun di sekolah inklusif. Namun memang sekolah inklusif jauh lebih baik ketimbang SLB.

"Kalau siswa difabel bersekolah di sekolah inklusif maka mereka lebih mudah bersosialisasi dengan anak umum lainnya dengan cepat. Sebab sekolah inklusif kondisinya heterogen," kata Susanto di Jakarta, Selasa, (18/11).

‎​Anak difabel, ia menjelaskan, membutuhkan stimulus dari lingkungan sekitarnya. Mereka juga membutuhkan dukungan dari teman-teman lainnya agar mereka tumbuh dan berkembang dengan baik.

Mengenai siswa difabel bersekolah di sekolah inklusif rentan di-bully, Susanto mengatakan, hal itu tergantung pola asistensi, manajemen serta perlindungannya.

"Kalau pola asistensi dan perlindungannya kepada siswa difabel bagus, saya kira tidak ada masalah. Anak-anak juga perlu diberi pengertian kalau anak difabel punya hak yang sama dalam pendidikan," katanya.

Tantangannya sekolah inklusif saat ini tenaga kompeten masih kurang memadahi. Sebab anak-anak difabel harus tetap terpantau keberadaannya saat sekolah.

Saat ini, lanjut Susanto, memang masyarakat dan dunia pendidikan belum ramah anak difabel. Mindset masyarakat harus diubah.

"Transformasi pola pikir merupakan hal pertama dan utama untuk memperlakukan anak-anak difabel dengan baik. Sebab ini sangat penting untuk memberikan kondisi yang kondusif bagi perkembangan siswa difabel," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement