Sabtu 14 Mar 2015 16:31 WIB

Pengamat: Guru Kurang Memahami Arti Kekerasan

Rep: C15/ Red: Ilham
Para Guru dan Karyawan SMAN 12 Jakarta tengah memberi hormat pada Sang Merah Putih.
Foto: KFP Jaktim
Para Guru dan Karyawan SMAN 12 Jakarta tengah memberi hormat pada Sang Merah Putih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pendidikan, Doni Koesoema menilai kekerasan yang masih kerap terjadi di kalangan pelajar disebabkan oleh guru yang kurang memahami apa sebenarnya kekerasan. Bermula dari hal yang kecil, kekerasan bisa mengakibatkan hal yang fatal bagi siswa.

"Guru harus paham betul apa itu kekerasan, termonologinya, kemudian bagaimana guru harus bisa memberikan penjelasan kepada siswa tentang dampak dari kekerasan," ujar Doni saat dihubungi Republika, Sabtu (14/3).

Dewan Pertimbangan Federasi Serikat Guru Indonesia ini menjelaskan, akar permasalahan kekerasan pada pelajar bermula dari mudahnya praktek ejek atau bullying terjadi di sekolah. Bahkan, guru kerap menjadi agen dari ejekan ini. Misalnya memberikan predikat atau ejekan tertentu kepada seorang siswa. Bermula dari bullying ini, merambah pada tindakan kekerasan yang selama ini kerap terjadi.

Selain itu, seringkali pendidik kita masih salah kaprah menempatkan anak yang melakukan kekerasan pada guru bimbingan konseling. Padahal, tanggung jawab pemahaman tentang kekerasan berada pada semua guru. Bahkan, tak hanya itu, semua guru bertanggung jawab dalam tumbuh kembang siswanya.

Anak yang melakukan kekerasan memang seharusnya diberikan hukuman. Namun, hukuman ini menurut Doni bukan sebagai bahan untuk balas dendam atau sebagai kemarahan. Hukuman harus berbentuk tanggungjawab, sehingga anak anak bisa merasakan dan berfikir tentang dampak dari kekerasan yang ia buat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement