REPUBLIKA.CO.ID,KLATEN -- Sekolah Dasar (SD) Negeri 2, Semangkak, Klaten Utara, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah merupakan satu di antara 14 SD di Klaten yang menyandang predikat sekolah inklusi.

Dari 21 murid kelas enam mengikuti Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) 2015, dua siswa diantaranya berkebutuhan khusus. Siswa peserta UASBN ditempatkan dua ruangan. Dua siswa inklusi  menempati ruang terpisah.

''Ini lantaran siswa inklusi harus mendapatkan bimbingan khusus dari guru pendamping menyelesaikan ujian dengan baik,'' ujar Nurlaila Siti Hayati, Kepala Sekolah SDN 2 Semangkak, Selasa (19/5).

Dari total 180 anak didik, 28 murid di antaranya berkebutuhan khusus. Mereka tersebar mulai dari kelas I hingga kelas VI. Meski menyandang sekolah inklusi, SDN 2 Semangkak hanya memiliki satu guru khusus inklusi.

Selain itu, sekolah ini juga belum memiliki ruangan khusus inklusi. Sehingga setiap hari dalam dua jam mata pelajaran, masing-masing siswa berkebutuhan khusus menerima pelajaran di ruangan kepala sekolah.

Meskipun banyak orangtua yang memiliki anak inklusi mendaftarkan diri, pihaknya harus membatasi diri karena keterbatasan guru dan ruangan. Sehingga setiap memasuki penerimaan siswa baru SDN 2 Semangkak hanya menerima lima murid inklusi.

''Ya, terpaksa kami tolak. Namun, untuk tahun ajaran mendatang sudah ada tiga siswa yang kami terima,'' kata Nurlaila.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Klaten, Pantoro, menyatakan, sekolah inklusi tidak boleh menolak calon siswa berkebutuhan khusus.

''Tidak ada itu minimal siswa yang diterima. Prinsipnya, seorang anak dapat masuk SD inklusi, bila umurnya sudah mencukupi untuk usia wajib belajar, ya harus diterima,'' tambahnya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika