Selasa 05 Apr 2016 14:38 WIB

Demi UN, Sekolah Harus Pinjam Laptop 20 Hingga 60 Unit

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Andi Nur Aminah
  Siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13, Jakarta Selatan, Senin (4/4). (Republika/Yasin Habibi)
Siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 13, Jakarta Selatan, Senin (4/4). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengatakan, pihaknya membuka Posko Pengaduan UN untuk keenam kalinya, sejak 2011. Dibandingkan tahun 2011 hingga 2014 di mana UN masih menjadi penentu kelulusan, maka laporan tahun 2015 dan 2016 terbilang pengaduan menurun drastis  dari jumlah laporan yang masuk.

Terdapat pengaduan ke Posko UN antara lain mengenai masalah teknis, perlengkapan, sarana dan prasarana. Mulai dari masalah kekurangan komputer hingga pihak sekolah harus pontang panting mencari pinjaman laptop kemana-mana.

"Banyak orangtua siswa yang merelakan laptopnya dipinjam selama dua minggu oleh sekolah.  Sekolah rata-rata harus meminjam laptop 20 hingga 60 buah," katanya, Selasa, (5/4).

Masalah L=listrik padam dan server ngadat juga masuk dalam laporan. Kondisi ini terjadi di beberapa tempat seperti di Tanjung Redeb. Akibatnya siswa yang sesi pertama baru bisa mengikuti UN pada pukul 15.10 hingga 17.10, dan  sesi kedua pukul 18.30 hingga 22.30 waktu setempat. 

Ketua Serikat Guru Indonesia (SEGI) Jakarta Heru Purnomo menambahkan, ini mengakibatkan siswa kecewa dan sudah kelelahan menunggu. Listrik padam juga sempat dialami oleh peserta UN SMA AL Azhar Palu. Namun sekolah memiliki genset sehingga UNBK bisa dilanjutkan di sekolah tersebut. 

Kalau di SMAN 10 Bogor, lanjutnya, listrik tidak padam tapi server bermasalah dan tiba-tiba keluar sistem. Para siswa harus menunggu server diperbaiki baru bisa melanjutkan kembali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement