REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis Anak dari Rumah Kajian dan Advokasi (Raya) Indonesia, Hery Chariansyah mengapresiasi panduan yang dliluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terkait video gim untuk anak. Namun Hery menilai, panduan tersebut masih belum bisa menjadi jalan keluar tepat dalam menghadapi gim berbau kekerasan dan pornografi.
“Itu bukan jalan tepat dan sebaiknya pemerintah mendiskusi ulang lagi panduan yang berdasarkan sistem rating dari luar negeri tersebut,” kata Hery saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (8/5). (Baca: Kemendikbud Buat Panduan Video Gim).
Hery mengatakan, panduan sistem rating gim itu mungkin berjalan baik di luar negeri tapi belum tentu di Indonesia. Pengetahuan teknologi, pendidikan masyarakat dan kemajuan berpikir juga harus dilihat. Pemerintah seharusnya menyesuaikan terlebih dahulu karakter masyarakat Indonesia sebelum membuat panduan itu.“Jangan hanya kutip regulasi di luar tapi lihat juga kemampuan masyarakatnya,” kata Hery.
Menurut Hery, sistem gim sesuai dengan umur sebenarnya sudah diterapkan sedari lama. Namun pada fakta di lapangan ternyata banyak ditemukan anak yang tidak memainkan gim sesuai usia. Untuk itu, dia berpendapat, pemerintah saat ini sebenarnya hanya perlu memastikan bahwa anak tidak memainkan gim yang tidak tepat.
“Sama kayak skema yang ditawarkan saat nonton sinetron yang sudah ada sistem pemilahan usianya. Ini sudah ada tapi tetap saja banyak anak yang menonton sinetron yang tidak sesuai usianya,” jelas dia. Karena itu, menurut dia, orang tua pun diberikan tanggungjawab untuk mengawasi yang terkadang malah kebablasan.
Dengan adanya kondisi demikian, Hery menegaskan, mekanisme kesadaran orangtualah yang harus ditekan oleh pemerintah. Tidak hanya mekanisme pengawasan yang perlu dilakukan tapi pembatasan bahkan hukuman bagi yang melanggar juga. Mekanismenya bukan anak yang dihukum tapi semisal penyedia gim maupun penjaga warung internet.