REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir menyatakan pendidikan maupun pelatihan vokasi belum berperan secara signifikan dalam menurunkan angka pengangguran. Masalahnya, keberadaan guru produktif untuk menghasilkan lulusan sekolah vokasi yang dibutuhkan dunia industri masih kurang.
"Dari penekanan kemarin yang saya lakukan, memang belum signifikan sekali. Sekarang di posisi 8,08 yang tadinya sembilan, tapi belum signifikan sekali," kata Nasir di gedung Bina Graha, Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Senin (24/10).
Ia mengatakan, pendidikan vokasi sangat mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di sektor industri. Karena itu, diharapkan pada 2018 nanti pendidikan vokasi dapat meningkatkan kualitas lulusannya. "Targetnya di angka tujuh atau enam harus selesai. Harus vokasi mempengaruhi industri," kata dia.
Sementara itu, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri menyampaikan peran pelatihan atau pendidikan vokasi dalam menurunkan angka pengangguran terhitung tinggi. Pendidikan vokasi, kata dia, dapat membantu masyarakat memiliki kompetensi untuk masuk ke pasar kerja formal, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
"Isu ketimpangan kemiskinan pengangguran, itu sangat terkait dengan self capacity dari warga masyarakat kita, sangat terkait dengan pendidikan mereka, kompetensi mereka, pada saat orang tidak mempunyai kompetensi dia tidak bisa masuk ke pasar kerja yang baik, katakanlah pasar kerja formal," kata dia. Selain itu, dengan pendidikan vokasi, Hanif mengatakan, masyarakat dapat memiliki ketrampilan untuk terjun ke dunia usaha sehingga lebih kompetitif.