REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan saat ini Kemristekdikti terus berusaha meningkatkan proses kualitas dan mutu pembelajaran di perguruan tinggi. Pemerintah menilai dari waktu ke waktu, tahun ke tahun, program peningkatan kualitas pembelajaran mulai berhasil meningkat.
"Penyempurnaan dari beberapa kebijakan yang sudah berjalan terus dilakukan," ujar Nasir di Yogyakarta, Ahad (4/12).
Menurut dia, yang terpenting untuk meningkatkan daya saing dalam persaingan global yakni dengan menghasilkan riset-riset di bidang sains dan teknologi oleh pendidikan tinggi. Masalah riset ini, kata dia, ujungnya akan berimplikasi pada jumlah publikasi internasional. Sayangnya, publikasi riset Indonesia masih kalah dari Malaysia dan Singapura.
Dia menyebut permasalahan pendidikan tinggi di Indonesia adalah adanya masalah disparitas kualitas. Perbandingan antara semakin banyaknya perguruan tinggi di Indonesia yaitu sekitar 4.400 perguruan tinggi, belum mampu ditopang dengan banyaknya lulusan dosen S2 maupun S3. Namun demikian, program Kementerian diklaim sudah dapat meminimalisir masalah tersebut. Penataan dan penertiban di lingkup perguruan tinggi sudah dilaksanakan, antara lain dengan pembinaan perguruan tinggi yang kedapatan bermasalah, revitalisasi vokasi, penomoran ijazah nasional (PIN) dan SIVIL untuk menghindari ijazah palsu.
Penataan untuk mendukung kualitas pembelajaran dari sisi lain juga dilakukan, antara lain dengan akreditasi institusi dan akreditasi program studi. Saat ini sekitar 1.019 akreditasi institusi untuk perguruan tinggi sudah selesai dan baru 26 yang berakreditasi A, dan yang B jumlahnya 302. Sementara akreditasi program studi (prodi) sudah mencapai angka 17.114 dari 24.638 prodi, yang berkareditasi A jumlahnya 2.164. "Sisanya menyusul dan terus kita tingkatkan kualitasnya. Artinya apa, harus kita lakukan, agar mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi kualitasnya naik terus," kata dia.
Nasir berpesan agar mahasiswa jangan dilibatkan dalam komoditi perpolitikan kampus, melainkan diarahkan dan didorong untuk meningkatkan minat, bakat dan kreativitasnya di masa depan agar lebih baik lagi dari sekarang. Dia juga berharap perguruan tinggi meningkatkan publikasi riset terutama di tujuh bidang. Yakni pangan dan pertanian, energi terbarukan, obat dan kesehatan, informasi dan komunikasi, transportasi, pertahanan dan keamanan, dan material canggih seperti nanoteknologi.