REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami menegaskan, kebudayaan merupakan salah satu modal penggerak pembangunan nasional. Sejumlah negara maju seperti Jepang, Korea Korea Selatan, dan Republik Rakyat Tiongkok mampu mengkapitalisasi kekayaan budayanya melalui suatu proses modernisasi dalam rangka akselerasi pembangunan sosial-ekonomi.
“Karena itu kita pun harus melakukan akselerasi pembangunan sosial-ekonomi berbasis kebudayaan. Tentunya akselerasi kebudayaan dan pembangunan itu harus tetap menjaga kelestarian kehidupan bumi dan manusia,” kata Amich usai lokakarya pelatihan penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Tingkat Provinsi di Gedung A Kemendikbud, Rabu (1/8).
(Baca: 'Anak Lebih Kenal Aplikasi Gadget Ketimbang Ragam Budaya')
Amich mengungkapkan visi poros maritim yang diusung Presiden berasal dari nilai-nilai budaya nusantara. Melalui visi tersebut, diperlukan pembangunan dari berbagai sektor yang saling mengisi dan terintegrasi. Menurut Amich, bukan hanya penyiapan infrastruktur konektivitas antarpulau saja yang dikembangkan oleh pemerintah. Namun, penyiapan sumber daya manusia, pengembangan industri pendukung, serta pelestarian sumber daya kemaritiman juga mengikuti.
Amich juga mengingatkan, menguatnya sentimen kedaerahan dan identitas lokal yang berafiliasi budaya daerah dan nilai-nilai primordial (suku, agama, bahasa) akhir-akhir ini perlu diwaspadai.
"Kemampuan mengelola kemajemukan, dan meneguhkan kesatuan dalam kebinekaan dengan semangat kebersamaan, gotong royong dan toleransi menjadi capaian kita dalam pembangunan. Hal itu bisa dicapai melalui jalur kebudayaan," tutur dia.
Amich menyampaikan, Indonesia memiliki banyak khazanah budaya yang berpotensi untuk menjadi modal pembangunan atau Industri berbasis budaya. Misalnya, Landscape Ubud Bali sebagai warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia merupakan salah satu tujuan wisata dunia. Lalu Desa Adat Wae Rebo di NTT yang meski berlokasi jauh di atas bukit namun desa wisata ini tetap ramai dikunjungi wisatawan untuk melihat tradisi warga setempat.
Selain itu, terus Amich, ada juga Toraja Internasional Festival di Sulawesi Selatan yang menampilkan kesenian Manganda, Madandan, Manimbong, Pagelu, Karombi, Maranding, dan Toraja Choir yang bisa mendatangkan hingga 20 ribu wisata. Adapun di wilayah Timur Indonesia, ada juga Festival Lembah Baliem Wamena yang menampilkan tarian perang antarsuku di Papu beserta pakaian tradisionalnya.