Rabu 24 Apr 2019 16:31 WIB

Pelajar Banyumas Curhat ke Bupati Mengeluh Zonasi Sekolah

Sistem zonasi menyulitkan siswa yang berprestasi tapi jauh dari lokasi sekolah.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah warga melakukan aksi unjuk rasa sistem Zonasi Sekolah di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Senin (9/7).
Foto: Antara/Heru Salim
Sejumlah warga melakukan aksi unjuk rasa sistem Zonasi Sekolah di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Senin (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru tingkat SMP maupun SMA, masih saja mengundang kontroversi. Penolakan terhadap sistem zonasi, bahkan tidak hanya datang dari kalangan orang tua siswa. Melainkan juga dari kalangan siswa itu sendiri.

Penolakan terhadap sistem zonasi ini, antara lain disampaikan pelajar di SMP Negeri 2 Sokaraja. Saat Bupati Banyumas Achmad Husein mengunjungi sekolah ini Senin (23/4), para siswa yang diminta menyampaikan aspirasinya menyampaikan harapan agar sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru di SMP maupun SMA negeri dihapuskan.
 
''Dengan sistem zonasi ini, maka harapan saya untuk bisa melanjutkan sekolah di Kota Purwokerto sudah tidak bisa. Meski NEM (Nilai Ebtanas Murni) saya bagus, saya hanya bisa sekolah di sekolah yang terdekat. Padahal saya ingin melanjutkan sekolah di SMA negeri di Purwokerto,'' ujar Clara Fadillah Purnama Julianisa, seorang siswi kelas III SMP tersebut. 
 
Di wilayah Kecamatan Sokaraja, saat ini ada satu SMA Negeri. Clara mengaku ingin bersekolah di Purwokerto, bukan karean kualitas SMA Negeri Sokaraja tidak baik. ''Tapi saya ingin memperluas pengalaman dengan sekolah di Purwokerto. Kalau sistem zonasi tetap diberlakukan, mau tidak mau saya hanya bisa melanjutkan sekolah di Sokaraja,'' katanya. 
 
Clara yang juga aktif di kegiatan ektra kurikuler cinematografi, juga menyebutkan sistem zonasi telah menutup kesempatan bagi anak berprestasi untuk memilih sekolah yang diinginkan. ''Anak yang berprestasi, harus kalah dengan anak yang rumahnya dekat dengan sekolah,'' katanya.
 
Pelajar lainnya yang ditanya Bupati, juga menyatakan tidak setuju dengan sistem zonasi.  Ahtaka Isyana Zahra Zen, mengaku sistem zonasi telah menimbulkan ketidak adilan karena siswa yang berprestasi harus kalah dengan sistem yang rumahnya dekat dengan sekolah mestikan pun tidak berprestasi.
 
Rafael Putra Batara, berharap sistem penerimaan murid baru tahun 2019 ini, tidak lagi menerapkan sistem zonasi. ''Kembalikan seperti dulu saja, pak Bupati. Jadi lebih adil,'' katanya.
 
Menanggapi komentar para pelajar tersebut, Bupati Achmad Husein mengaku akan mempertimbangkan aspirasi para pelajar tersebut. Bahkan dia berjanji akan mengubah sistem penerimaan murid baru tahun 2019 ini, agar lebih adil. Namun mengenai bagaimana sistem yang akan diterapkan, Bupati tidak menjelaskan secara detail.
 
Saat ditanya kebutuhan pendidikan yang dinilai masih belum memadai, Rafael mengaku sekolahnya masih membutuhkan komputer dan peralatan kamera untuk kegiatan ekstra kurikuler. ''Komputer di sekolah kami masih menggunakan komputer Pentium III. Kami minta bisa ditingkatkan,'' katanya.

Namun menanggapi permintaan tersebut, Bupati menyatakan pihak sekolah bisa meminta ke Dinas Pendidikan Banyumas. ''Soal komputer, silakan ajukan ke Ibu Irawati, Kepala Dinas Pendidikan,'' kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement