REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) sedang menyusun grand design pelatihan vokasi. Grand design ini akan menjadi dasar pelatihan vokasi di Indonesia.
"Kemudian diharapkan pelatihan vokasi bisa meningkat sehingga bisa diakses seluruh masyarakat Indonesia," ujar Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kemenaker Bambang Satrio Lelono di acara FGD bertema 'Meningkatkan Daya Saing Nasional Melalui Pelatihan Vokasi', di Jakarta Selatan, Selasa (16/7).
Bambang menjelaskan penyusunan grand design pelatihan vokasi yang dimulai sejak tahun lalu sudah berjalan sekitar 90 persen. Saat ini, ia menyebutkan, Ditjen Binalattas Kemenaker sedang memetakan kebutuhan-kebutuhan untuk pelatihan vokasi.
Menurut Bambang, pemetaan tersebut karena untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan baru akibat terjadinya transformasi industri. Sebab, ia menambahkan, kemajuan industri membuat karakter industri berubah.
Misalnya, ia menyontohkan, pada 10 tahun lalu belum ada Youtuber, yang kini telah menjelma menjadi pekerjaan menjanjikan. Ia berharap pemetaan ini dapat menjawab kebutuhan pelatihan vokasi.
Di kesempatan yang sama, ekonom senior Raden Pardede mengatakan modernisasi pelatihan vokasi makin mendesak karena lulusan pendidikan vokasi masih banyak yang menganggur. Bahkan, pengangguran lulusan vokasi terbanyak dibandingkan jenjang pendidikan lain.
Ia mencontohkan tingkat penangguran angkatan kerja lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) lebih banyak dibandingkan sekolah menengah atas (SMA). Padahal, lulusan SMK lebih banyak 1,7 juta jiwa dibandingkan lulusan SMA 1,6 juta. "Jadi harus hati-hati kalau membuat vokasi. Jangan sampai lulusan vokasi ternyata banyak menganggur," ujarnya.