REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada cara baru yang dilakukan dalam perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK UPH). Bersama Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) kampus ini menyelenggarakan 3D Cinema Lecturer dengan topik 'Eksplorasi Kehebatan Otak Manusia dan Penyakit yang Mengancam'.
Dalam perkuliahan yang berlangsung di Cinemaxxx Studio 3, Plaza Semanggi, Jakarta baru- baru ini dihadiri pula Menristekdikti Mohamad Nasir. Menteri Nasir menyatakan dukunganya pada sistem perkuliahan dengan video 3D yang dilakukan UPH. Menurutnya di era revoluasi industri 4.0 perkuliahan memang sudah semestinya menggunakan teknologi.
"Ini harus kita dorong terus supaya mahasiswa mendapatkan proses pembelajaran yang sempurna, yang selama ini dosen mengajar mereka hanya bisa menyerap 60 persen, tapi dengan model ini mereka bisa menyerap lebih baik lagi," kata Nasir usai ikut melihat perkuliahan dengan video 3D.
Nasir mengatakan, metode yang dilakukan tidak hanya bisa diterapkan di pendidikan kedokteran, namun juga bisa dalam bidang lainnya. Selanjutnya, ia pun berharap metode perkuliahan semacam ini bisa dikemas dalam bentuk online sehingga semua pihak bisa mengakses dengan mudah.
"Kalau ini bisa dilakukan, anak Indonesia mulai dari Jakarta sampai pelosok bisa menikmati pendidikan paling berkualitas," kata Nasir menjelaskan.
Menristekdiki menyaksikan kuliah dengan menggunakan 3D Cinema yang digelar FK UPH
Selain itu, Nasir juga berharap setiap universitas bisa saling berkolaborasi dalam meningkatkan fasilitas yang ada. "Kolaborasi itu sangat penting, kalau tidak berkolaborasi biayanya akan sangat tinggi. Kalau berkolaborasi akan menjadi lebih murah," kata Nasir menjelaskan.
Kuliah dalam tayangan 3D ini disampaikan langsung oleh Dekan FK UPH, Eka J. Wahjoepramono. Ia memaparkan kehebatan otak yang memiliki sistem-sistem menakjubkan. Ia juga menjelaskan berbagai kasus yang pernah ia tangani ketika mengoperasi otak. Di dalam tayangan tersebut, para mahasiswa bisa melihat secara lebih nyata ketika dilakukan operasi otak karena video yang ditayangkan bersifat 3D.