Selasa 24 Sep 2019 19:05 WIB

Ewindo Hadirkan Kembali Panah Merah Innovation Award 2019

Karya terbaik berkesempatan digandeng industri yang berminat termasuk dari Ewindo.

Panah Merah Innovation Award (PMIA) 2019.
Panah Merah Innovation Award (PMIA) 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT East West Seed Indonesia (Ewindo), produsen benih sayuran, kembali menghadirkan Panah Merah Innovation Award (PMIA) 2019. Kali ini award diikuti sebanyak 110 karya inovasi dari 50 perguruan tinggi di Indonesia dengan mengusung tema besar "Creative Innovation Towards SDG's 2030".

"Berbeda dengan PMIA 2018, kegiatan kali ini lebih memberikan keleluasaan kepada peserta untuk mengeksplorasi kemampuannya tidak hanya di bidang teknis pertanian saja, namun berbagai pendekatan keilmuan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dunia tahun 2030," kata penasihat kegiatan, Fransiska Fortuna, dalam keterangannya, Selasa (24/9).

Untuk itu dalam PMIA 2019 terdapat tiga sub tema yang diusung yakni bidang agrobisnis, analisa nutrisi sayuran, dan proyek komunitas sosial terkait agenda SDGs. "Tujuannya untuk memberikan lebih banyak peminat dari berbagai bidang disiplin ilmu," kata Fransiska yang juga didampingi Ketua Panitia PMIA 2019, Nur Fajrina.

"Perkirakan kami benar peserta tidak hanya dibidang eksak, namun berbagai bidang seperti program studi akuntansi dari Universitas Indonesia yang menghadirkan karya asuransi mikro bagi petani atau program studi psikologi dan kedokteran dari Universitas Hasanuddin yang membahas soal pola pemahaman gizi terhadap masyarakat," kata Fransiska.

Bahkan Fransiska melihat karya yang dipaparkan peserta dari prodi non pertanian itu akan memberikan manfaat yang besar seperti tentang asuransi mikro dampaknya bakal luar biasa. Dikarenakan ini dapat mengurangi risiko kerugian bagi petani kecil apabila mengalami gagal panen.

Menurut Nur Fajrina, tim juri telah memilih 10 karya terbaik dari PMIA 2019 untuk kemudian akan diseleksi lagi oleh tim panelis menjadi tiga karya pemenang untuk nantinya selain mendapatkan penghargaan berupa uang juga terbuka kesempatan karyanya digandeng oleh industri yang berminat termasuk dari Ewindo.

Nur mengatakan penjaringan PMIA 2019 berkerja sama dengan Universitas Indonesia untuk perguruan tinggi negeri. Sementara Kopertis digandeng untuk perguruan tinggi swasta. Sedang pengumumannya akan menggunakan fasilitas media sosial.

"Kami menggunakan media sosial karena ingin menjaring inovator dari kalangan milenial. Ternyata upaya itu berhasil mayoritas karya masuk berasal dari anak-anak milenial yang perhatian terhadap SDG's 2030," jelas Nur.

Sedangkan Kepala Pusat Litbang Upaya Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Dodi Iswardi sangat menghargai apa yang dilakukan Ewindo untuk menghadirkan berbagai disiplin ilmu untuk mencapai SDGs 2030. Program ini, ujarnya, patut mendapat apresiasi. Alasannya, ini sejalan dengan program mencapai SDGs yang tidak hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga badan usaha dan masyarakat.

Meskipun karya-karya mahasiswa ini masih perlu dilakukan pendalaman agar sampai kepada penerapan. Contohnya untuk pencegahan stunting (kerdil) erat kaitannya dengan pola asuh mengingat ini faktor yang paling rawan di daerah-daerah. "Ini untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat mengenai pentingnya asupan gizi," kata Dodi.

Sedangkan panelis lainnya, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Badan Perencanaan Nasional/ Bappenas Pungkas Bahjuri Ali melihat paparan ilmiah yang disajikan memilikii kualitas baik. Bahkan beberapa dapat ditindaklanjuti untuk mengatasi persoalan gizi di masyarakat. "Saya kira karya-karya inovasi mereka siap untuk diaplikasikan  tinggal di dorong saja," ujar dia.

Peserta yang ikut antara lain Ikhwanuddin dari Universitas Sumatera Utara, Prodi Fisika, dengan karya untuk meminimalisasi penggunaan pestisida di kalangan petani. Lalu Belinda Azzahra dari Universitas Indonesia, Prodi Akuntansi, dengan karya asuransi mikro bagi petani kecil. Keduanya mengungkapkan rasa senangnya mengikuti ajang ini hingga masuk tahap final.

"Saya memang telah mempersiapkan makalah ini sejak lama, ternyata ada ajang PMIA 2019 dari media sosial. Setelah disodorkan ternyata mendapat sambutan positif," ujar Belinda yang karyanya masuk peringkat dua.

Sedangkan untuk peringkat pertama dimenangkan dari Universitas Brawijaya yang mengembangkan pemanfaatan lalat hitam untuk mengolah limbah organik. Lalu pemanfaatan limbah organik dan nonorganik untuk bahan bakar dari Institut Teknologi Bandung.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement