REPUBLIKA.CO.ID,PASURUAN -- Tak ada firasat apapun yang dirasakan Zubair (39 tahun) dan istri terhadap putri pertamanya, Irza Almira. Orang tua dari gadis berusia delapan tahun tersebut tak pernah menyangka anaknya akan meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
Pada dasarnya, Zubair tidak tahu betul bagaimana atap ruangan kelas di SDN Gentong, Kota Pasuruan dapat ambruk. Saat kejadian, dia tengah beraktivitas di tempat kerjanya. Hingga akhirnya, dia mendapat informasi dari sang istri.
"Pas kejadian, istri nyamperin saya ke tempat kerja. Katanya, 'Yah, kelas II B ambruk'," cerita Zubair saat ditemui Republika di kediamannya, Jalan Kyai Haji Sepuh, Gentong, Kota Pasuruan, Rabu (6/11).
Mendengar laporan tersebut, Zubair tentu saja merasa kebingungan. Ia dan istri langsung mengunjungi sekolah yang telah dipenuhi warga dan orang tua siswa. Dia mencoba mencari sang buah hati di sekolah, tapi sayangnya tak ditemukan.
Kemudian Zubair dan istri mencoba mencari sang anak di rumah sakit. Namun karena ramai, Zubair merasa kesulitan untuk menemukan keberadaan Almira. Saat itu, kata Zubair, terdapat 15 korban yang dilarikan ke RSUD dr. R Soedarsono, Kota Pasuruan.
Setelah diamati satu per satu, Zubair lagi-lagi tak menemukan keberadaan sang anak. Di sini, Zubair sempat berpikir positif bahwa sang anak kemungkinan selamat. Namun harapan itu pupus setelah dirinya mendapatkan informasi dari salah satu tenaga kesehatan.
"Saya tanya dokter, Almira katanya ada di ruangan sebelah utara. Itu artinya anak saya sudah jadi jenazah. Anak saya jadi salah satu korban yang meninggal," jelasnya.
Kini, Zubair dan istri hanya bisa mengikhlaskan kepergian sang anak. Almira, anak yang selalu menjadi juara pertama sejak TK ini sudah tiada. Tawa gadis yang pandai mengaji dan mandiri itu tak lagi terdengar di bumi ini.
"Iya, Almira mandiri orangnya tapi sekitar seminggu lalu dia tiba-tiba jadi ngalem (manja). Suka minta gendong terus muter-muter rumah selama tiga hari berturut-turut," kenang Zubair.