Rabu 13 Apr 2011 06:00 WIB

Berawal dari Titipan Teman-teman

Usaha sambilan saya sekarang jualan sprei. Sebelumnya macam-macam barang saya jual-belikan. Pekerjaan sambilan ini berawal ketika saya mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi S2 guru departemen Agama (sekarang Kemenag) di Bandung.

Ketika teman-teman saya yang di Jogja mengetahui saya akan pulang, mereka minta tolong dibelikan tas. Awalnya saya belikan tanpa mengambil keuntungan. Tapi lama-lama banyak yang menitip. Akhirnya bukan lagi mereka yang minta, tapi saya yang menawarkan barang.

Selain tas, saya juga menawarkan baju muslim dan mukena. Ketika menjelang lebaran, saya tidak hanya menjual dagangan ke teman tapi juga saya titipkan ke saudara (saya tidak punya waktu memasarkan karena tugas kuliah banyak).

Saya tidak hanya membawa dagangan dari Bandung, tapi juga dari Jogja ke Bandung. Karena setiap akhir pekan saya harus bolak-balik Jogja-Bandung, maka ketika balik Bandung pun saya juga membawa dagangan.

Dari jogja saya menawarkan batik (yang akhirnya menginspirasi teman kuliah saya ikut menjualkan di kotanya). Saya juga membawa buku-buku referensi tentang penelitian yang banyak diperlukan oleh teman-teman kuliah.

Di Bandung, harga buku yang sama relatif lebih mahal dibanding di jogja. Selama dua tahun bolak-balik Jogja-Bandung saya masih belum berpikir untuk serius dalam bisnis. Saya hanya merasa puas karena bisa dapat ongkos kereta gratis dari hasil jualan.

Setelah kembali lagi ke Jogja, saya kembali diminta tolong teman dari Sumatra untuk mencarikan pakaian unrtuk dijual di sana. Dia menawarkan keuntungan. Dari situ mulailah keinginan saya untuk serius mencari keuntungan. Sejak itu saya menawarkan macam-macam barang. Ketika menjelang lebaran saya jualan baju dan kue kering. Saya hanya menjualkan tidak memproduksi.

Jualan saya sekarang adalah sprei. Awalnya saya tertarik karena teman saya yang juga jualan sprei mendapati permintaan tinggi, dan keuntungan lumayan. Terlebih lagi saya tidak perlu kemana-mana untuk mencari pembeli. Saya hanya menyediakan stok barang (saya kirim ke penjual2 saya).

Dengan begitu tugas mengajar saya tidak keteteran, apalagi menjelang ujian akhir, jadwal mengajar saya sebagai guru bahasa Inggris menjadi semakin padat. Alhamdulillah kurang dari 1 bulan bisa balik modal dengan keuntungan sekitar 30 %.

Saya belum tahu apakah akan mencari ide untuk menambah usaha lain atau tetap menjual sprei saja. Tapi paling tidak beberapa teman yang melihat aktivitas mengajar dan jualan ini jadi menginspirasi mereka untuk berbisnis juga.

Bahkan ada yang mengatakan bahwa seorang guru yang berpendidikan S2 pun tidak perlu malu untuk berdagang, yang penting bagaimana dia menjalankan semua tugas dengan profesional dan tanggung-jawab.  Apalagi hadis rasul mengatakan bahwa 9 dari 10 pintu rejeki adalah berdagang. Apabila seseorang dalam bekerja (apa pun pekerjaannya) berkomitmen pada pekerjaannya Insya Allah akan ada kemudahan dalam menjalaninya.

Oh ya, ada yang tertinggal. Karena hidup terpisah dengan keluarga, suami saya membekali stok pulsa elektronik. Hingga pada suatu waktu teman saya butuh kemudian saya beri pulsa dan dia mengganti uang seharga pulsa biasa dia beli di counter. Akhirnya berita tersebar di teman-teman kuliah bahwa saya juga menyediakan pulsa. Jadilah saya juga jualan pulsa hingga sekarang.

 

Diah Fakhmawati

Guru Bahasa Inggris

MTs Mu'allimaat Muhammadiyah, Yogyakarta

 

Anda seorang guru yang juga mengelola usaha? Bagikan pengalaman Anda di rubrik ini agar bisa menjadi inspirasi bagi guru yang lain. Cukup menuliskan pengalaman singkat dilengkapi foto, informasi soal tempat mengajar, dan identitas, lalu kirim ke email guru@rol.republika.co.id, maka pengalaman Anda bisa langsung diamati ribuan guru yang lain.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement