REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) resmi membuka program studi (prodi) profesi fisioterapi. Pembukaan ini dilakukan setelah memperoleh Surat Keputusan (SK) izin operasional Program Studi (Prodi) Profesi Fisioterapi, Jumat (26/7).
Kehadiran Prodi Profesi Fisioterapi sekaligus melengkapi program pendidikan keprofesian di lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) UMM. Setelah sebelumnya Prodi Profesi Ners dan Prodi Profesi Apoteker. Pendirian ini didasarkan pada surat permohonan Rektor UMM nomor E.1.c/970/UMM/X/2018 dan Surat KOPERTIS Wilayah VII nomor 1882/K7/KL/2017.
UMM menjadi Universitas pertama di Jawa Timur yang memiliki program tersebut . “Saya berharap dengan diberikannya izin pada Prodi yang ke-56 ini akan membuat UMM semakin maju ke depannya,” ujar Kepala LL-Dikti, Profesor Suprapto.
Melalui nomor akreditasi 0218/LAM-PTes/Akr/Sar/IV/2019, Prodi Fisioterapi FIKES UMM baru-baru ini juga mendapat skor akreditasi B. "Kehadiran Program Studi Pendidikan Fisioterapis Program Profesi pada Universitas Muhammadiyah Malang menjawab pertanyaan para alumni strata I Fisioterapi di manapun," ujar Wakil Rektor I UMM, Profesor Syamsul Arifin.
Ketua Prodi Profesi Fisioterapi, Atika Yulianti menerangkan, proses pembelajaran pada Prodi Profesi Fisioterapi ini akan berlangsung selama tiga semester. Kemudian akan mulai membuka pendaftaran bagi mahasiswa strata I Fisioterapi pada tes gelombang III (15 Juli - 22 Agustus 2019). Dengan adanya prodi ini, ia berharap dapat membantu para lulusan strata I Fisioterapi menuju ke jenjang selanjutnya.
Atika mengungkapkan, selama ini ketersediaan Program Profesi Fisioterapi di Indonesia masih terbatas. Hal ini mengakibatkan lulusan Strata 1 Fisioterapi tidak diperbolehkan bekerja. Dengan hadirnya Prodi Profesi Fisioterapi di FIKES UMM, alumni UMM tidak perlu ke mana-mana.
Sementara di Indonesia sendiri, selain Kampus Putih, setidaknya baru lima perguruan tinggi yang memiliki program Profesi Fisioterapi. Di antaranya Universitas Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Solo, Universitas Udayana Bali, Universitas Hasanudin (Unhas) Makasar, serta Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Atika tak menampik, pendirian pendidikan program profesi fisioterapi menjadi sebuah tantangan. Sebab, itu berarti lahan untuk menjadikan fisioterapi harus lebih berkembang lagi. Mahasiswa juga diharapkan mengenalkan fisioterapi ke daerah-daerah, mengingat jumlahnya masih terbatas.
Selain sarana dan prasarana sebagai syarat instrumen pendiriannya, prodi profesi Fisioterapi membutuhkan 12 staf pengajar. Seluruhnya harus lulusan Sarjana Fisioterapis dan Master Fisioterapis dengan latar belakang biomekanik; olahraga; Keamanan, Kesehatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta lainnya. "Alhamdulillah, sudah terpenuhi semua," ujar Atika, melalui pesan resmi yang diterima Republika.co.id, Sabtu (27/7).