REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) optimistis Pulau Lombok mampu menjamu para delegasi pada pertemuan Forum Tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia (IMF-World Bank) pada Oktober mendatang. Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal mengatakan pada prinsipnya Lombok siap menjadi tuan rumah dalam pertemuan atau penyiapan destinasi wisata untuk para delegasi IMF-World Bank.
"Kita sudah siap, untuk Oktober hotel-hotel di Lombok yang sudah punya request dengan IMF-World Bank sudah memastikan kesanggupannya," ujar Faozal kepada Republika.co.id, Selasa (11/9).
Kata Faozal, hotel-hotel tersebut terbagi di sejumlah destinasi wisata yang ada di Pulau Seribu Masjid, mulai dari hotel di Kota Mataram, hotel di kawasan Pantai Senggigi, maupun hotel di Gili Trawangan. "Nanti setelah tanggal 16 Oktober kan ada program leisure mengunjungi beberapa destiansi, termasuk Lombok," katanya.
Faozal menyampaikan, kondisi bencana yang melanda Lombok sempat menggangu aktivitas sektor wisata. Namun dalam beberapa hari terakhir sudah berangsur pulih, termasuk Gili Trawangan.
Hal senada diungkapkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, Lalu Hadi Faesal. Hadi menyebutkan, sejumlah hotel yang berada di bawah naungan PHRI NTB dan juga Asosiasi Hotel Mataram (AHM) terus berbenah dan mempersiapkan diri menyambut para delegasi IMF-World Bank. Kata dia, infrastruktur hotel di Lombok masih normal dan dapat dikunjungi tamu.
Hadi menilai, event pertemuan IMF-World Bank bisa menjadi momentum bagi kebangkitan pariwisata Lombok yang sempat melesu akibat bencana gempa. "Ada dua ribu meeting, itu peluang besar bagi Lombok untuk minimal diberikan sebagian atau diberikan hak untuk dikunjungi oleh mereka," ucap Hadi.
Dia mengaku telah menjalin komunikasi dengan maskapai untuk memberikan penerbangan tambahan ke Lombok selama event tersebut digelar. Industri perhotelan, kata Hadi, juga tidak akan memasang tarif tinggi untuk para delegasi tersebut.
"Yang sudah jelas meeting untuk bank syariah, dunia OKI (Organisasi Kerja sama Islam) di sini (Lombok), itu rangkaian dari IMF di Bali," kata Hadi.
Ia berharap pemerintah pusat melakukan intervensi dengan mendorong para delegasi mampir berkunjung ke Lombok. Menurutnya, dorongan itu sangat berarti bagi pemulihan sektor pariwisata Lombok.
"Harus ada intervensi dari pemerintah pusat karena kondisi NTB, Lombok yang sekarang butuh recovery, jadi nggak bisa dibiarkan Lombok berjuang sendiri," lanjutnya.
Hadi menilai, proses penanganan terhadap sektor pariwisata Lombok saat sebelum dan sesudah gempa akan sangat berbeda. Ia meminta ada perlakuan istimewa dari pemerintah pusat terkait pemulihan sektor pariwisata Lombok.
"Lombok sekarang harus diistimewakan, nggak bisa treatment Lombok sebelum gempa dengan sekarang sama, harus spesial, ini bagian pemerintah untuk recovery dan itu sudah ada perintah Pak Presiden," kata dia.
Semenjak gempa, tingkat okupansi kamar hotel di Lombok mengalami penurunan yang sangat drastis. Kata Hadi, hal ini sangat mengkhawatirkan karena biasanya pada Agustus hingga akhir tahun merupakan puncak kunjungan wisatawan ke Lombok.
"Ini artinya pemerintah tidak bisa setengah-setengah. Okupansi sudah sangat drop hanya recovery program yang di backup pusat yang akan menolong," ucap Hadi.
Dia juga berharap keuntungan dari pagelaran IMF-World Bank bisa juga disisihkan untuk membantu penanganan korban gempa Lombok maupun pemulihan sektor pariwisata Lombok.