REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Religiusitas masyarakat Lombok, khususnya di wilayah posko dan relawan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mendedikasikan diri, terasa begitu kuat. Sekalipun musibah besar, berupa gempa, telah meluluhlantakkan segala barang berharga milik mereka sejak sebulan lalu.
“Kita bahagia dan bersyukur, karena musibah ternyata tidak menyurutkan spirit ber-Islam warga dan anak-anak di pengungsian,” terang Kepala BMH Perwakilan NTB, Abdul Kholiq di Dusun Cupek Desa Sigarpenjalin, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, Selasa (11/9).
Ia menambahkan, setiap Maghrib, dai dan relawan BMH menemani anak-anak kembali belajar Alquran. “Ada yang menghafal, tahsin, dan tadarus,” kata Abdul Kholiq dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (12/9).
Maghrib Mengaji ternyata menjadi kegiatan yang menenteramkan hati dan kebahagiaan anak-anak. “Terlebih, sekalipun di tenda pengungsian, semua Alquran mereka baru, dan buku belajar Iqra juga baru,” tutur Abdul Kholiq.
Dai tangguh BMH Ustaz Sadri mengaku sangat terharu. “Mengajar di pengungsian seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mengharukan bagi saya pribadi,” ujarnya.
“Semoga adik-adik baru saya ini tetap tabah, ceria dan bahagia selalu bersama Alquran. Semoga Allah SWT memberikan ketenangan dalam hati mereka, sehingga rasa trauma akibat gempa pelan-pelan akan menjauh dan tak lagi membayangi setiap langkah kehidupan mereka,” imbuh Ustaz Sadri.
Abdul Kholiq mengungkapkan, program Maghrib Mengaji di posko pengungsi menjadi salah satu program rutin BMH bagi anak-anak pengungsi. “Program ini diharapkan dapat menumbuhkan optimisme mereka menatap masa depan,” ucap dia.