Jumat 14 Sep 2018 13:33 WIB

Kiat Sukses Gus Miftah Berdakwah: Jangan Menghakimi!

Pekerja kafe, salon atau tempat lokalisasi sebetulnya ada nuansa kerinduan pada Tuhan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Andi Nur Aminah
KH Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Muftah
Foto: Nico Kurnia Jati/Republika
KH Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Muftah

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji, KH Miftah Maulana Habiburrahman menilai, materi-materi yang disampaikan dalam dakwahnya sebenarnya biasa saja. Ia tidak pernah melakukan penghakiman-penghakiman kepada orang-orang yang mendengarkan dakwahnya.

Hal itu yang tampaknya dirasakan berbeda oleh orang-orang yang mendengarkan dakwah dari sosok yang akrab disapa Gus Miftah tersebut. Apalagi, Gus Miftah tidak 'pilih-pilih' dalam berdakwah.

Baca Juga

Gus Miftah sudah belasan tahun melakukan dakwah ke tempat-tempat yang selama ini dianggap tabu untuk tersentuh nuansa agama. Mulai dari kafe-kafe, salon-salon, sampai tempat-tempat lokalisasi. Padahal, ia meyakini, ada nuansa kerinduan kepada Tuhan yang teramat dalam dari tempat-tempat tersebut.

Keyakinan itupun terbukti. Lewat dakwah yang tidak menghakimi, Gus Miftah mampu menembus dinding-dinding penghalang itu. "Saya tidak pernah memberikan penghakiman, jadi mereka nyaman," kata Gus Miftah kepada Republika.co.id, Jumat (14/9).

Dari rasa nyaman itu, dakwah-dakwah yang Gus Miftah sampaikan dirasa mampu tersampaikan dengan sangat baik. Apalagi, nyaman merupakan perhiasan mahal bagi orang-orang tersebut.

Bagi pekerja-pekera salon, pekerja-pekerja kafe, apalagi pekerja-pekerja lokalisasi, bisa hidup tenang saja mungkin sudah impian. Sebab, mau tidak mau profesi yang ada memaksa mereka bersahabat dengan penghakiman.

Karenanya, saat ada dakwah yang tidak memberikan penghakiman, tentu seperti melihat oase di gurun pasir, yang membuat mereka nyaman mendengarkan. Bagi Gus Miftah, kenyamanan itu yang jadi kunci dakwahnya. "Kalau sudah nyaman mereka, kita mau bicara apapun manut," ujar Gus Miftah.

Dalam dakwahnya, Gus Miftah kerap mengingatkan kalau agama itu tidak melulu membahas halal dan haram. Tidak pula persoaalan surga dan neraka, maupun terus-menerus tentang pahala dan dosa.

Bagi Gus Miftah, Islam jauh lebih luas dari itu. Dalam berdakwah, ia bisa memberikan motivasi-motivasi, ilmu-ilmu manajemen, yang intinya sesuatu yang memang dibutuhkan orang-orang yang mendengarkan. "Termasuk hidayah, kan memang itu hak prerogatif Tuhan, tapi kan bisa kita jemput dengan usaha," kata Gus Miftah.

Keyakinan itu terbukti. Tidak sedikit orang-orang yang ia dakwahi, kini telah menemukan hidayahnya dan memilih untuk mengambil haluan perahu yang berbeda dari yang selama ini dikerjakan. Hebatnya, hubungan Gus Miftah dengan pemilik-pemilih tempat usaha yang selama ini didakwahi tidak pernah rusak. Justru, jika tengah ada kesibukan dakwah di tempat lain, sosoknya kerap dirindukan untuk kembali berdakwah. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement