REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Kemenangan Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Erick Thohir enggan banyak berkomentar saat ditanya terkait tawaran pada Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi sebagai anggota tim sukses Jokowi-Ma'ruf. Erick menyerahkan hal tersebut ke TGB.
"Jadi kalau ditanya komentar itu, saya enggak mau jawab. Itu hak beliau, betul tidak? Bapak ke sini? Saya tidak bisa jawab, beliau (TGB) yang jawab dong," ujar Erick saat menghadiri peluncuran buku TGBNomics di Ayana Midplaza, Jakarta, Jumat (14/9).
Erick yang menghadiri acara penggalangan dana TGB sekaligus peluncuran bukunya pada Jumat malam itu mengaku hadir sebagai sahabat yang telah lama. Erick mengaku diundang karena ia telah berhubungan sejak lama dengan TGB.
"Jadi begini, satu saya di sini diundang sebagai sahabat karena hubungan sudah lama," ucapnya.
Mengenai niatan mengajak TGB, Erick pun mengaku tidak memiliki kewenangan. Hal itu ia serahkan sepenuhnya pada TGB. "Saya tidak punya otoritas itu. Karena itukan pribadi, jangan juga istilahnya gini karena pemilu semua, biarkan semua mengalir dengan baik dan dengan hatinya masing-masing," katanya.
Baca juga: TGB Fokus Dukung Jokowi Usai Masa Jabatan Usai
Sebelumnya, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi menyatakan siap mendukung Joko Widodo dalam kontestasi pemilihan presiden (pillpres) 2019. TGB yang menyatakan akan mendukung Jokowi akan berakhir masa jabatannya dalam waktu dekat.
TGB mengaku, sebagai outgoing governor akan menuntaskan pekerjaannya sebagai pemimpin NTB hingga 17 September 2018. "Tentu ketika saya selesai saya akan ikut memperjuangkan calon pemimpin yang saya anggap terbaik sesuai dengan visi misk kinerja. Bersama bapak Capres Jokowi dan Cawapres Maruf Amin," ujar TGB di Ayana Midplaza, Jakarta, Jumat (14/9).
Saat ditanya soal posisi yang ditawarkan Jokowi, TGB enggan banyak berkomentar. TGB mengaku tidak pernah membicarakan posisi yang bakal ia dapatkan dengan mendukung Jokowi. Menurutnya, dukungan tidak harus melulu dikaitkan dengan pragmatisme
"Sejak awal tidak pernah bicara posisi karena bagi saya ada hal-hal yang tidak harus kita bahasakan atau kita pragmatiskan dalam bahasa mau dapat apa. Saya pikir klau kita bertemu dalam satu visi, satu keyakinan, kita bekerja dan tidak menggangtungkan dalam posisi apa," katanya.