REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Komite Pengarah Bersama untuk Rekonstruksi dan Pemulihan Masjid Al-Nuri dan Menara Al-Hadba' di Mosul mengadakan pertemuan pertama di Abu Dhabi, Jumat (14/9). Pertemuan juga dihadiri Menteri Kebudayaan dan Pengembangan Pengetahuan, Noura binti Mohammed Al Kaabi.
Dilansir dari kantor berita Uni Emirate Arab (UEA), WMA pada Ahad (16/9), dalam pidato pembukaan, Al Kaabi menegaskan kembali dukungan UEA untuk Irak dalam upaya menjaga keamanan dan stabilitas, membangun lembaga-lembaga negara yang efektif mampu mewujudkan perdamaian, kemajuan, dan memetakan perkembangan masa depan untuk generasi yang akan datang.
Al Kaabi mendesak anggota komite bekerja sebagai satu tim yang dimotivasi satu semangat untuk secara tepat memberikan proyek bersejarah senilai 50,4 juta dolar Amerika Serikat (AS). Melalui hal tersebut, ia berharap dapat membangun komunitas yang terintegrasi dan harmonis.
Ia mengatakan, pemulihan dan rekonstruksi Masjid Al-Nuri dan Menara Al-Hadba di Mosul bertepatan dengan ulang tahun ke-100 kelahiran pendiri UEA, Sheikh Zayed bin Sultan. Proyek ini mencerminkan warisan Sheikh Zayed dan komitmennya yang gigih mendukung saudara-saudara Arab serta memberikan kontribusi positif bagi kemakmuran negara mereka.
Al Kaabi mengatakan proyek ini menetapkan model untuk menyoroti peran UEA sebagai penjaga warisan dunia dan melestarikan sumber daya budayanya di zona perang dengan mengadopsi inisiatif berkelanjutan yang menjamin hak generasi ke situs arkeologi dan budaya. "Proyek pemulihan ini mengirim pesan harapan dan optimisme kepada generasi muda Irak sebagai enabler dan kontributor aktif untuk proses rekonstruksi," kata Al Kaabi dalam sebuah pernyataan kepada WAM.
Ia juga menyebut, proyek ini akan menghasilkan seribu pekerjaan dan peluang pelatihan selama lima tahun pelaksanaan. Setelah proyek ini rampung juga akan mendorong pariwisata budaya dan pembangunan di Mosul.
"Pada akhirnya, itu akan berkontribusi membangun kota yang sejahtera dan makmur di mana nilai-nilai toleransi, rekonsiliasi, dan keterbukaan akan menang. Kota ini akan mengembalikan kilaunya sebagai pusat sains dan budaya," kata Al Kaabi.
Masjid Agung Al Nuri di Kota Tua Mosul, Irak. Masjid tersebut dihancurkan ISIS yang tak rela melihat masjid dikuasai pasukan Irak.
Ia menambahkan, UEA berkomitmen mendukung proyek-proyek tersebut untuk pemulihan bangunan bersejarah dan budaya, terutama yang dihancurkan oleh organisasi teroris seperti ISIS. "Langkah pertama rekonstruksi harus fokus pada pemulihan situs warisan Mosul, menghidupkan kembali kehidupan budaya dan institusi pendidikannya," kata Al Kaabi.
Ia juga mengatakan, proyek budaya lima tahun akan dilakukan oleh para ahli dari UAE dan UNESCO. Al Kaabi menyoroti pentingnya memfokuskan upaya mitra strategis pada aspek kemanusiaan dalam pemulihan dan rehabilitasi kota Mosul.
Hal itu untuk memastikan pengembangan berkelanjutan budaya dan pendidikan di dalam kota. Al Kaabi menekankan pentingnya kemitraan strategis di antara aktor-aktor kunci dalam rekonstruksi Masjid Agung Al Nuri dan Al Hadba' Minaret.
Pertemuan tersebut membahas cara melibatkan masyarakat lokal dan pemuda dalam proses rekonstruksi dan kembalinya orang-orang yang dipindahkan ke rumah mereka. Komite menyetujui proyek akan selesai pada 2023. Mereka juga setuju mengadakan pertemuan rutin setiap enam bulan untuk meninjau kemajuan proyek.
Panitia termasuk perwakilan dari UEA, Irak, UNESCO, Endowment Sunni Irak, Organisasi Kerjasama Islam, OIC, Uni Eropa, dan Pusat Internasional untuk Pelestarian dan Pemulihan Properti Budaya (ICCROM) Kantor Wilayah di Sharjah.
Pada April 2018, UAE dan Irak menandatangani Nota Kesepahaman, MoU, untuk kerja sama budaya dan mengumumkan proyek penting di Mosul. Serta proyek Al Kaabi untuk pemulihan dan rekonstruksi dua situs budaya yang terkenal. Proyek ini termasuk pembangunan situs peringatan baru dengan ruang komunitas dan pendidikan yang harus dibuka untuk umum.
UAE juga menandatangani perjanjian dengan UNESCO untuk mendanai dan mendukung rekonstruksi dua monumen. Serta membangun infrastruktur yang diperlukan untuk proyek tersebut, membangun kembali taman-taman bersejarah, dan situs peringatan dengan komunitas dan ruang pendidikan.
Proyek yang didukung oleh UEA ini menyangkut pemulihan dan rekonstruksi bangunan bersejarah Mosul, khususnya Masjid Al-Nouri dan Al-Hadba' Minaret setinggi 45 meter, dibangun lebih dari 840 tahun yang lalu. Tahun pertama akan fokus pada pendokumentasian dan pembukaan situs serta menyusun rencana untuk rekonstruksi.
Empat tahun berikutnya akan fokus pada restorasi dan rekonstruksi historis dari Menara Miring, Masjid Al-Nuri, dan bangunan yang berdekatan. Taman bersejarah kota, ruang terbuka, dan infrastruktur lainnya juga merupakan bagian dari rencana, yang diperkirakan bangunan museum peringatan dan situs bersejarah.