REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi politik Finlandia berdampak terhadap komunitas Muslim. Isu islamofobia ditenggarai menyudutkan komunitas Muslim. Upaya integrasi yang dilakukan komunitas Muslim terancam gagal.
Situasi ini menarik peneliti Universitas Helsinski, Teemu Pauha. Dalam risetnya, Pauha mengungkap seperti apa kondisi umat Islam, utamanya kalangan muda Muslim. "Dengan metode wawancara personal, kami bicara soal menjadi Finlandia dan Kita Finlandia," papar Pauha seperti dilansir Middle East Monitor, Senin (17/9).
Pauha menyimpulkan, generasi muda Muslim masih mencari akar identitas apakah mereka seorang Finlandia. Sebuah organisasi Islam muda (NMF) dalam visinya menyatakan, tujuan organisasinya untuk mengkonstruksi umat Islam apakah merasa Finlandia.
"Ini jelas, identitas Finlandia tidak serta-merta otomatis," kata dia.
Penulis lepas, Rashmee Roshan Lall menyebut, situasi itu terjadi karena ada gap antara budaya masyarakat Finlandia dan ajaran Islam. Contohnya, masyarakat Finlandia yang gemar konsumsi alkohol. Sementara, para pemuda Muslim sejak kecil diajarkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol.
"Jadi ini yang membuat perbedaan," kata dia.
Menurutnya, Finlandia perlu merespons situasi ini. Pasalnya, pertumbuhan populasi Muslim akan mengalami kenaikan. Pauha membenarkan itu. Menurutnya, populasi Finlandia alami kenaikan 3.4 persen.
Namun, prosentasenya akan stabil di angka 1.4 persen. "Saya kira, Finlandia dan umat Isla harus memahami satu sama lain," kata dia.