REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh Anggoro Pramudya
Siapa yang tak mengenal Lionel Messi, bintang lapangan hijau ternama abad ini. Pesepak bola asal Argentina bertubuh mungil, berkaki kidal, dengan kepiawaiannya menggiring bola ini sukses menyihir mata dunia.
Namun, tak juga naif apabila mengatakan karier Messi masih belum menyentuh langit ketujuh. Tanpa mengesampingkan sumbangsihnya pada Barcelona dan torehan lima sepatu emas, prestasi La Pulga bersama timnas Argentina sejauh ini masih di bawah ekspektasi.
Hegemoni Messi bersama Barcelona di dataran biru boleh dikasih dua jempol, bahkan lebih. Kedigdayaan Messi di Benua Biru bersama El Barca berbanding terbalik ketika Messi berseragam Albiceleste. Sihirnya mendadak hilang, untuk mencari teman sepadan yang mengerti pun sulit, berbeda saat ia bermain dengan Barca.
Bukti bobroknya Messi bersama Argentina terlihat dalam dua perhelatan Piala Dunia, yakni 2014 dan 2018 kemarin. Utak-atik strategi, keluar-masuk pelatih, hingga menyediakan pendamping yang jempolan untuk Il Duce (pemilik nomor 10) nyatanya sia-sia.
Argentina lagi-lagi harus menelan pil pahit dengan tersingkir lebih dahulu pada 2018. Tentu, yang menjadi pertanyaan penting adalah kualitas timnas Argentina yang busuk atau malah Messi yang harus keluar dari timnas? Ini karena Argentina terlalu bermain Messi-sentris.
Ya, patut diakui, Argentina bukanlah Barcelona. Namun, kita semua tahu bahwa si Biru Langit sangat punya kapabilitas untuk bermain setidaknya dengan sistem dan kualitas pemain yang membuat Messi bisa tampil selayaknya dia bermain bagi Barca.
Angel Di Maria, Paulo Dybala, Ever Banega, dan Sergio Aguero bukti tak mampu menyeimbangi kapasitas permainan Messi. Bak bumi dan langit ketika bermain bersama, mereka seperti anak kucing kebingungan di sepertiga lapangan tengah ke depan.
Argentina tentu harus belajar dari dua kesalahan mereka yang terjadi di dua gelaran Piala Dunia. Mereka hanya punya dua cara, yakni mengubah pelatih mumpuni dengan menyuntik pemain-pemain terbaik untuk menopang kualitas Messi atau mengikhlaskan sang raja pensiun dari timnas.