Senin 01 Oct 2018 01:21 WIB

Warga Sekitar Pesantren Al-Khairaat Masih Takut Masuki Rumah

Ponpes milik Habib Salim Segaf Al-Jufri ini menjadi salah satu yang terdampak gempa

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Hazliansyah
Masjid Al Khairaat Palu
Masjid Al Khairaat Palu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga di sekitar kompleks Pondok Pesantren Al-Khairaat, Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah, masih takut memasuki rumah mereka. Ponpes tersebut seperti diketahui, milik keluarga Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Habib Salim Segaf Al-Jufri.

"Rata-rata masyarakat Palu masih takut masuk ke rumah, jadi mereka berada di tempat kerumunan massa di luar rumah," kata murid Habib Salim Segaf, Ustaz Khairan, berdasarkan penuturan kakaknya yang menetap di Palu Barat, Nurjannah, Ahad (30/9).

Dari penuturan sang kakak, warga sekitar pesantren menetap sementara di tempat pengungsian di permukaan tanah landai yang jauh dari gedung. Goyangan gempa terus terjadi meski dalam skala yang kecil.

Dalam kondisi demikian, warga tak berani masuk ke rumah di malam hari. "Kalau siang, mereka baru berani," papar dia.

Khairan melanjutkan, di dalam kompleks pesantren Al-Khairaat didirikan posko yang letaknya dekat gedung Al-Muhsinin. Dia tidak tahu persis kondisi keluarga Salim Segaf saat ini. Namun, berdasarkan informasi yang diperoleh dari kakaknya di Palu, Nurjannah, istri dari KH Mansur Baba bernama Ustazah Linang meninggal dunia.

"Ada informasi terbaru, salah satu istri kiai besar di Al-Khairaat, Ustazah Linang, istri dari Kiai Haji Mansur Baba Lc. Guru saya itu. Dua-duanya guru saya," ungkap Khairan, yang memang punya beberapa kerabat keluarga di Palu Barat.

Teman sekolah Khairan di pesantren Al-Khairaat, pun meninggal dunia bersama keluarganya saat berada di dalam rumah. Rumahnya berada di kompleks perumnas dan tak begitu jauh dari kompleks pesantren Al-Khairaat. Saat terjadi bencana gempa, banyak rumah yang amblas ke dalam tanah hingga 7 meter.

"Ada beberapa tempat di Palu Barat, dua kelurahan, perumahan, itu amblas sampai diameternya 3 kilometer. Rumah-rumahnya masuk ke dalam," paparnya.

Para santri Al-Khairaat tidak seluruhnya berada di kompleks pesantren saat bencana terjadi. Ada yang tinggal di asrama dan pulang-pergi ke rumah. Santri yang menetap di asrama mengungsi untuk sementara waktu.

Jumlah mereka sekitar 500 orang, baik laki-laki maupun perempuan. Sedangkan santri yang pulang-pergi berada di rumah. Dari informasi sejauh ini, mereka dalam kondisi aman.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement