Kamis 04 Oct 2018 17:32 WIB

Relawan Jokowi Usul 3 Oktober Jadi Hari Anti-Hoaks Nasional

Polemik hoaks Ratna Sarumpaet dinilai hampir mengganggu silaturahim antarperempuan.

Rep: Rizkyan Adiyudha, Arie Lukihardianti/ Red: Andri Saubani
Ekpresi aktivis kemanusiaan, Ratna Sarumpaet memberikan keterangan kepada media terkait pemberitaan penganiyaan terhadap dirinya di kediaman Ratna Srumpaet, Jakarta, Rabu (3/10).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ekpresi aktivis kemanusiaan, Ratna Sarumpaet memberikan keterangan kepada media terkait pemberitaan penganiyaan terhadap dirinya di kediaman Ratna Srumpaet, Jakarta, Rabu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Relawan Perempuan Indonesia untuk Jokowi-Ma'ruf (P-IJMA) sepakat untuk menjadikan tanggal 3 Oktober sebagai hari Anti-Hoaks nasional. Persetujuan itu dilakukan berangkat dari peristiwa kabar bohong yang melibatkan aktivis Ratna Sarumpaet beberapa hari terakhir.

"Kami sedih denggan kondisi ini. Ini menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat dan ingin menjadikan hari ini (3 Oktober) sebagai hari anti-hoaks karena dampaknya yang luar biasa," kata Ketua relawan P-IJMA Ida Fauziah di Jakarta, Kamis (4/10).

Ida mengatakan, polemik yang melibatkan Ratna Sarumpaet hampir mengganggu silaturahim antarperempuan. Dia menegaskan, polarisasi yang terjadi sedemikian rupa juga hampir memutus tali silaturahim karena perbedaan cara pandang untuk melihat apa yang terjadi dengan Ratna Sarumpaet.

Direktur Penggalangan Pemilih Perempuan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf itu kembali menegaskan keinginan untuk menjadikan perempuan sebagai penting dalam kontestasi yang berlangsung saat ini. Dia mengaku terganggu dengan suguhan tontonan yang seolah-olah memperlihatkan jika perempaun hanya mampu melakukan perbuatan seperti Ratna.

Ida mengimbau masyarakat terutama peremuan untuk menjauhkan sejauh mungkin dari fitnah dan menjauhkan dari hoaks dan SARA. Dia mengatakan, hal tersebut memang terdengar sederhana namun tampaknya sulit untuk dilakukan.

"Sedih dengan kondisi ini dan ingin menjagak masyarakat khususnya perempuan benar-benar menjadikan ini sebagai pelajaran penting dan karena ini momentum kalau hoaks itu hampir memutus persaudaraan kita," katanya.

Pendapat sedikit berbeda diungkapkan Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf Hasto Kristyanto. Dia mengatakan, hari Anti-Hoaks akan menunjukkan ekspresi kemuakan serta kemarahan publik. Dia mengatakan, masyarakat telah bereaksi keras mengingat munculnya manipulasi kebohongan yang tidak bisa dibenarkan dalam cara apapun di tengah bencana yang muncul.

"Ya nanti kami kaji lebih dalam tetapi apa pun ini adalah luka bagi kemanusiaan," kata Hasto saat ditanya terkait hari Anti-Hoaks nasional.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau yang akrab disapa Emil juga mengusulkan tanggal 3 Oktober menjadi hari anti-hoaks.

“Karena puncak hoaks nasional itu tepat tanggal 3 Oktober saat negeri ini dibohongi ibu Ratna Sarumpaet,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Kamis (4/10).

Emil mengatakan, efek kebohongan yang disebarkan Ratna Sarumpaet berimbas buruk di level nasional menjelang ajang Pilpres 2019. “Ini menjadi peristiwa luar biasa karena yang menjadi korban sampai level elite nasional,” katanya.

Menurut Emil, tidak hanya elite nasional, warga Indonesia banyak pula yang menjadi korban kebohongan Ratna Sarumpaet.  “Ini hikmah dari Allah dimana kondisi bangsa Indonesia begini mudah dibohongi. Mudah-mudahan jadi pelajaran. Supaya jadi pelajaran ya, diingat-ingat saja, kita bikin hari hoaks internasional, saya hanya mengusulkan tanggal 3 Oktober," kata Emil.

Aktivis Ratna Sarumpaet akhirnya mengakui jika dia tidak mengalami penganiayaan seperti kabar yang beredar. Ratna mengaku, lebam di wajahnya bukan karena dikeroyok, tapi murni akibat menjalani operasi plastik.

"Betul saya ada di dokter hari itu, dan saat saya dijadwalkan pulang, lebam-lebam di wajah saya masih ada. Saya pulang membutuhkan alasan kepada anak saya dan saya jawab dikeroyok," ujar Ratna Sarumpaet, Rabu (3/10).

Ratna berharap apa yang disampaikannya bisa menyanggah kabar yang mengatakan jika dia menjadi korban penganiayaan.

"Saya mohon apa yang saya sampaikan bisa membuat kegaduhan mereda, dan kita bisa saling memaafkan," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement