REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal Polisi Lucky Hermawan menemui Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, KH Sholahudin Wahid, Ahad (7/10). Keduanya membahas beragam kerawanan menjelang Pemilu 2019, salah satunya masalah hoaks.
"Saya ke Gus Sholah, dalam rangka silaturahim. Kebetulan kami sebagai pejabat baru di Jatim, mohon doa dan masukan dari beliau selaku orang tua kami," katanya setelah bertemu dengan Gus Sholah, sapaan akrab KH Sholahudin Wahid di PP Tebuireng, Kabupaten Jombang, Ahad.
Ia mengatakan, masukan dari Gus Sholah juga sangat berarti, terlebih lagi pada 2019 merupakan tahun politik dimana ada agenda pilpres serta pemilihan anggota legislatif serta DPD. Dirinya juga merasa sangat perlu mendapatkan beragam masukan, demi terciptanya pemilu yang aman.
"Dalam melaksanakan tugas di Jatim, beliau bisa memberikan masukan. Kan jaringannya banyak, ulama di sini, mudah-mudahan bisa membantu keamanan," kata dia.
Terkait dengan pengamanan menjelang Pemilu 2019, Kapolda mengatakan polisi berjuang bersama dengan TNI demi menciptakan situasi yang aman. Semua potensi dipetakan, sehingga bisa mengantisipasi berbagai macam masalah, termasuk ancaman penyebaran hoaks atau berita bohong.
"Kami bersama TNI sudah sepakat, rapat. Semua diprioritaskan. Tahun 2019 ada pemilu, jadi bersama-sama. Saya juga perlu menyampaikan bahaya yang sangat perlu diatasi bersama (hoaks) jangan sampai terpancing," kata Kapolda.
Untuk memantau perkembangan berbagai macam isu di jejaring sosial, polisi juga sudah mempunyai tim khusus. Petugas tersebut selalu mengawasi beragam isu yang terlempar di dunia maya dan segera melakukan tindakan jika sudah mengarah dalam bentuk berita bohong.
Salah satunya adalah kasus Ratna Sarumpaet yang menjadi contoh penanganan bagi polisi di Jatim. Jika ada hal demikian, Polda Jatim juga segera bertindak, agar bisa segera diselesaikan dan diproses.
Soal masalah hoaks, Gus Sholah meminta masyarakat menyaring informasi yang diterima. Tujuannya, demi mencegah tersebarnya hoaks yang berpotensi membuat kegaduhan publik.
"Belajar dari peristiwa Ratna Sarumpaet untuk tidak kita terima begitu saja informasi yang diterima dan tidak disebarkan," katanya.
Ia juga mengaku tidak percaya begitu saja dengan kejadian yang menimpa Ratna Sarumpaet, yang katanya dipukul oleh orang, sehingga wajahnya sampai bengkak. Terlebih lagi, ada informasi dari dokter (Tompi) yang ternyata juga meragukan bengkak di wajah Ratna karena dipukul.
"Kan ada informasi lain dari dokter yang meragukan bahwa itu dipukul, karena terlalu simetris. Ada juga surat dari Kapolda Jawa Barat yang mengatakan tidak ada pasien bernama Ratna Sarumpaet ke rumah sakit, jadi mulai timbul tanda tanya ada apa ini?. Saya juga sudah dengar dari Kapolda yang meragukan itu, yang saya bingung Pak Prabowo mengungkapkan itu (Ratna dipukul)," kata Gus Sholah.