REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Bayu Adji P
Hasil survei Saiful Mujani Research and Conslulting (SMRC) menunjukkan calon wakil presiden belum berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas calon presiden. Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan menilai KH Ma'ruf Amin maupun Sandiaga Uno belum memberikan dampak besar kepada pejawat Joko Widodo maupun penantangnya, Prabowo Subianto.
"Dua pasangan, dengan atau tanpa cawapres, dukungan tidak berubah banyak," kata dia di kantor SMRC, Cikini, Jakarra Pusat, Ahad (7/10).
Berdasarkan hasil survei SMRC, elektabilitas pasangan capres dan cawapres Jokowi-Ma'ruf masih memimpin. Mereka memiliki elektabilitas sebesar 60,4 persen. Sementara, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno hanya meraih elektabilitas 29,8 persen. Sebanyak 9,8 persen pemilih belum menentukan suaranya.
Djayadi mengingatkan, kehadiran cawapres jangan sampai menimbulkan dampak negatif pada elektoral pasangan. Ia mengimbau, khusus untuk kubu Jokowi-Ma'ruf, cawapres tidak hanya bertugas untuk menjaga elektabilitas. Lebih dari itu, kehadiran Ma'ruf harus menaikkan elektabilitas.
Sementara itu, di kubu penantang, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi Sandiaga. Pasalnya, kehadiran sosok Sandiaga diharapkan mampu menambah elektabilitas Prabowo.
"Itu perlu untuk menggoyang swing voter. Dalam konteks ini, peran cawapres belum berpengaruh. Entah karena tidak ada pengaruh atau karena waktu, akan kita uji," kata dia.
Menurut dia, masih ada waktu sekitar enam bulan bagi kedua pasangan menambah elektabilitasnya masing-masing. Pasalnya, banyak hal yang akan memengaruhi pilihan masyarakat dalam menentukan pemimpinnya.
Djayadi menuturkan, masih banyak peluang bagi pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk membalikkan keadaan. Menurut dia, ada empat hal yang dapat mengubah suara dalam jumlah besar.
Empat hal itu adalah kondisi politik, ekonomi, hukum, dan keamanan. Djayadi menyebut empat hal itu sebagai faktor fundamental yang bisa mengubah peta suara dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, menurut dia, tidak ada jaminan elektabilitas tinggi yang diraih pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin akan bertahan hingga hari pencoblosan.
"Satu pilpres masih lama, dan banyak faktor yang bisa memengaruhi," kata dia.
Di antara empat sektor fundamental, ekonomi merupakan hal yang paling disorot dari pemerintahan Jokowi. Berdasarkan survei SMRC, 22 persen masyarakat menilai kondisi ekonomi saat ini jauh dan/atau lebih buruk dari tahun lalu, 29,3 persen menyatakan tidak ada perubahan, dan 41,8 persen menyatakan lebih dan/atau jauh lebih baik.
Meski begitu, kinerja Jokowi selama menjabat sebagai presiden mendapatkan nilai baik di masyarakat. Sebanyak 9,7 persen menyatakan sangat puas, 63,7 persen cukup puas, 22,6 persen kurang puas, dan 2,8 persen tidak puas sama sekali.
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno membantah anggapan bahwa cawapres tidak memengaruhi elektabilitas capres. Juru Bicara BPN Viva Yoga Mauladi mengatakan, cawapres memiliki efek elektoral yang signifikan untuk pasangan calon.
Menurut dia, survei SMRC dilakukan sebelum penetapan pasangan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Oleh karena itu, efek elektoral cawapres tidak berpengaruh banyak.
"Waktu dilakukan survei dilakukan pada 7-14 September, sementara penetapan pasangan pada 20 September. Wajar belum ada pengaruh signifikan," kata dia.
Ia mengingatkan, di antara dua pasangan calon, penentuan cawapres ditetapkan dengan drama dan kejutan. Hal itu menandakan, calon presiden, baik Prabowo maupun Jokowi, sangat memperhatikan kualitas cawapresnya. Menurut dia, salah satu pertimbangan pemilihan cawapres tidak lain adalah memiliki elektabilitas yang tinggi. Apalagi, setelah ditetapkan KPU, cawapres banyak mengadakan safari keliling menemui warga.
"Coba disurvei lagi, pasti akan ada perubahan. Menurut kami, posisi cawapres ada pengaruh elektoral," ujar Viva Yoga.
(ed: agus raharjo)