REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai, dampak perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina akan memberikan dampak ke Indonesia. Akan tetapi, menurut akademisi Universitas Indonesia itu, dampak di Indonesia tidak sebesar dengan dampak di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
"Pasti akan ada dampaknya bagi Indonesia. Tetapi, Indonesia pasar domestiknya luas sehingga dampak perang dagang tidak akan sebesar Malaysia atau Singapura," kata Chatib di Kuta, Bali pada Rabu (10/10).
Pernyataan Chatib merupakan respons atas proyeksi ekonomi dunia dari Dana Moneter Internasional (IMF). IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,9 persen menjadi 3,7 persen pada 2018. Begitu pula pertumbuhan ekonomi Indonesia yang direvisi dari 5,3 persen menjadi 5,1 persen.
Chatib mengatakan, perang dagang AS-Cina akan menimbulkan risiko penurunan ekspor dari dua negara tersebut. Jika ekspor Cina menurun, permintaan bahan baku dari industri manufakturnya pun akan menurun. Hal ini kemudian bisa berdampak pada penurunan ekspor dari sejumlah negara termasuk Indonesia dan negara ASEAN lainnya.
Meski begitu, Chatib menilai, kondisi Indonesia masih cukup baik karena memiliki kekuatan di pasar domestik. Berbeda halnya dengan Malaysia atau Singapura yang mengandalkan ekspor dalam perekonomiannya.
"Makanya pertumbuhannya hanya diturunkan jadi 5,1 persen. Kalau negara lain bisa lebih besar," kata Chatib.
Baca juga, IMF: Pertumbuhan Ekonomi Global Stagnan