REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Sejumlah negara Afrika seperti Madagascar, Kongo dan Sudan tertarik dengan dua jenis pesawat produksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Pesawat N 235 dan N 219 dipamerkan di Paviliun Indonesia di Nusa Dua, Bali.
"Sudah ada Madagascar, Kongo dan Sudan yang menyatakan tertarik dan dalam tahap penjajakan," kata Direktur Utama PT DI Elfien Goentoro di Paviliun Indonesia pada Rabu (10/10).
Elfien menambahkan, keikutsertaan PT DI di pameran Paviliun Indonesia memang bukan bertujuan untuk menjual produk. Pameran ini lebih menunjukkan karya bangsa kepada para delegasi IMF-WB daris eluruh dunia.
Elfian menyebutkan negara-negara Afrika termasuk pangsa pasar yang ditarget untuk pesawat jenis N 235 dan N 219. Pasalnya, kedua pesawat tersebut cocok untuk kondisi geografis mereka.
"Kalau Eropa baru ada Norwegia yang nanya-nanya karena mungkin dua pesawat jenis ini khusus untuk daerah yang memerlukan short take off dan landing sehingga mudah dioperasikan di daerah terpencil," katanya.
Saat ini, PT Di mampu memproduksi rata-rata 10 pesawat dalam satu tahun.
Tahun depan, empat pesawat sudah dipesan oleh Senegal, Nepal dan Thailand dengan rincian Senegal memesan pesawat N 235 seharga 25 juta dolar AS, Nepal memesan pesawat N 235 dengan konfigurasi pesawat maritime patrol seharga 30 juta dolar AS sedangkan Thailand memesan dua pesawat N 212 i seharga sekira 13 juta dolar AS.
"Kenapa maritime patrol lebih mahal karena pesawat memerlukan kelengkapan seperti komputer, radar dan lain-lain, sedangkan kalau pesawat transportasi biasa kan cuma butuh kursi," katanya.
Sampai saat ini, PT DI mampu memproduksi 431 pesawat. Sebanyak 48 di antaranya sudah diekspor ke Korea, Malaysia, Thailand, Turki, Brunei Darusalam, Filipina, vietnam dan lain-lain.
"Memang kita pasarnya cocok untuk negara-negara Afrika, Asia dan Amerika Latin karena sesuai untuk medannya," katanya.