Kamis 11 Oct 2018 06:56 WIB

Dolar AS Lanjutkan Pelemahan

Indeks yang mengukur dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia turun 0,2 persen

Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (2/10).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (2/10).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Euro dan poundsterling menguat pada akhir perdagangan Rabu (10/10) atau Kamis (11/10) pagi WIB, didukung oleh optimisme untuk kesepakatan Brexit. Sementara itu dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, sekalipun imbal hasil obligasi AS melayang di tingkat tertinggi beberapa tahun.

Namun kenaikan mata uang tunggal Eropa itu dibatasi oleh kekhawatiran tentang keberlanjutan keuangan publik Italia. Meskipun Menteri Ekonomi Italia Giovanni Tria menegaskan kembali Rabu (10/10), pemerintah akan melakukan segala daya untuk mendapatkan kembali kepercayaan pasar keuangan.

"Ada lebih banyak optimisme bahwa mereka akan menemukan beberapa kesepakatan antara Inggris dan Uni Eropa sebelum Brexit," kata Steve Englander, kepala global riset valas G10 di Standard Chartered Bank di New York.

Minggu ini, para perunding Brexit telah mengisyaratkan kemajuan menuju syarat-syarat bagi Inggris untuk meninggalkan blok ekonomi pada Maret, yang memberi para investor harapan untuk keberangkatan yang teratur. Namun, kehati-hatian tetap ada karena rinciannya sedikit.

Pada Rabu (10/10), perunding Brexit UE, Michel Barnier, mengatakan kedua pihak telah menyetujui banyak hal dari perjanjian menjelang pertemuan puncak semua 28 pemimpin nasional blok tersebut pada minggu depan.

Poundsterling mencapai tertinggi dua minggu di 1,3216 dolar AS pada Rabu (10/10) dan mempertahankan kenaikan 0,45 persen pada hari itu. Poundsterling mencapai level terkuat terhadap euro sejak 15 Juni di 87,23 pence. Euro menguat 0,3 persen menjadi 1,15270 dolar AS dan bertahan stabil di 129.750 yen.

Beberapa pedagang tetap skeptis tentang kesepakatan akhir Brexit. "Kami melihat banyak volatilitas, jadi kabar baik mungkin sementara karena Uni Eropa telah cepat menolak sebagian besar proposal sekalipun itu memiliki dukungan dari Partai Buruh," kata Juan Perez, pedagang mata uang senior Tempus, Inc. di Washington.

Perez mengacu pada Partai Buruh Inggris yang juru bicaranya pada Rabu (10/10) mengesampingkan laporan berita bahwa beberapa anggota partai akan mendukung kesepakatan Brexit yang didukung oleh Perdana Menteri Theresa May. Kenaikan di dua mata uang tersebut mengimbangi dampak peningkatan imbal hasil surat utang pemerintah AS, sehingga memberikan tekanan terhadap dolar AS.

Patokan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun mundur dari tertinggi tujuh tahun 3,261 persen yang tercapai pada Selasa (9/10), sekalipun para investor dan dealer memangkas kepemilikan obligasi mereka, membuat ruang pasokan 36 miliar dolar AS surat utang bertenor 3-tahun dan 23 miliar dolar AS surat utang bertenor 10-tahun terjual pada Rabu (10/10).

Imbal hasil obligasi AS telah meningkat karena meningkatnya pasokan utang pemerintah dan kekhawatiran tentang inflasi yang lebih tinggi. Kondisi ini dikhawatirkan dapat mendorong Federal Reserve AS menaikkan suku bunga jangka pendek lebih cepat.

Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,2 persen menjadi 95,480 pada akhir perdagangan. Indeks mencapai tertinggi tujuh minggu pada Selasa (9/10) di 96,155.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement