REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- PT Pertamina (Persero) mendapatkan investasi dengan nilai terbesar yakni 6,5 miliar dolar AS. Investasi tersebut diperoleh Pertamina dalam Forum Investasi Indonesia dalam Rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, investasi yang setara Rp 97,5 triliun (kurs Rp 15 ribu per dolar AS--Red) itu untuk membangun pabrik bahan baku petrokimia berskala internasional. Pertamina akan mengerjakan proyek petrokimia itu dengan perusahaan minyak dan gas di Taiwan, CPC Corporation.
"Di sektor migas, kerja sama Pertamina dengan dengan CPC Taiwan paling besar. Ini bangun 'nafta cracker' dalam proyek pembangunan pabrik petrokimia," kata Rini di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10).
Rini menjelaskan, produk yang dihasilkan dalam proyek ini adalah turunan dari minyak mentah yang bisa menjadi nilai tambah bagi Indonesia. Setelah proyek ini selesai dapat mengurangi impor bahan baku senilai 2,4 miliar dolar AS per tahun.
Devisa Indonesia dengan nilai yang setara juga dapat dihemat dan disimpan untuk menjaga nilai tukar rupiah. "Kita bisa hemat 2,4 miliar dolar AS. Ini bisa menurunkan angka impor," ujar dia.
Selain Pertamina, di sektor energi juga ada proyek hilirisasi Antam dan Inalum dengan perusahaan dari Cina, yaitu Aluminium Corporation of China Limited (Chalco) di Mempawah, Kalimantan Barat, dengan nilai investasi mencapai 850 juta dolar AS. Kerja sama Antam, Inalum, dan Chalco ini juga bisa menekan impor dan menghemat devisa hingga 600 juta dolar AS.
"Hilirisasi Antam dan Inalum di Mempawah. Mereka ubah bauksit jadi alumina hingga 1 juta per ton," kata dia.
Total, dari Forum Investasi Infrastruktur di Pertemuan IMF-WB, Indonesia melalui 14 BUMN meraup 13,5 miliar dolar AS atau setara Rp 202,5 triliun. Sebanyak 80 persen kesepakatan investasi dan pembiayaan itu berupa kemitraan strategis (strategic partnership), sedangkan sisanya merupakan pembiayaan proyek dan investasi pasar modal.
PT Mandiri Sekuritas, anak usaha PT Bank Mandiri Persero Tbk yang menjadi koordinator Forum Investasi ini sebelumnya menyatakan kerja sama investasi tersebut memungkinkan 14 BUMN mendapatkan dana segar dari investor.
Tapi, Direktur Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir menegaskan kerja sama ini bukan merupakan utang sehingga kontrol dari proyek itu tetap ada di BUMN. "Tapi yang mau dilihat apa sih manfaatnya? Kita re-standing, tapi bukan utang. Mereka dapat ekuitas, tapi kontrol ada di BUMN," kata Silvano dalam konferensi pers Forum Investasi Indonesia, Selasa (9/10).