REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Para delegasi dana moneter internasional (IMF) dan Bank Dunia (WB) berkunjung ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) NTT Abed Frans memperkirakan belanja wisata para delegasi ini berkisar Rp 50 juta per orang.
"Kalau di luar biaya hotel, kemungkinan belanja wisata para delegasi berksiar Rp50 juta per orang, itu juga sudah cukup banyak," katanya di Kupang, Senin (15/10).
Menurutnya, belanja wisata para delegasi sebagai wisatawan high class yang merupakan pejabat tinggi dari berbagai negara dunia itu bahkan bisa mencapai lebih dari Rp 50 juta per orang.
Dijelaskannya, untuk delegasi yang berangkat dari Bali menuju Labuan bajo menggunakan kapal wisata seperti pinisi yang terbaik memiliki harga sewa mencapai Rp 80 juta-Rp 150 juta per malam. Biaya sewa kapal ini, lanjutnya, akan ditanggung beberapa orang dalam satu grup tour yang menggunakannya.
Selain itu, untuk biaya penginapan seperti Hotel Ayana di Labuan Bajo yang berkelas internasional memiliki tarif suite room mencapai lebih dari Rp 10 juta per malam. "Itu di luar biaya makan. Belum lagi biaya guide atau pemandu, belanja souvenir dan lainnya," katanya.
Ia mengatakan, belanja wisata yang bisa menguntungkan masyarakat di daerah wisata tujuan juga tergantung dari seberapa banyak sajian barang-barang souvenir yang bisa dibeli. Menurut Abed, belum banyak sajian sovenir di Labuan Bajo selain tenunan, mutiara, dan souvenir kecil-kecilan lainnya.
"Untuk tenunan ada banyak model jadi kemungkinan banyak yang bisa mereka beli. Kami berharap demikian karena bentuk kerajinan lain belum begitu tampak di sana," katanya.
Ia berharap para pengrajin mutiara di Labuan Bajo diorganisir sehingga bisa langsung menampilkan hasil-hasilnya langsung kepada para delegasi. Ia menambahkan, pihaknya belum mengetahui secara pasti berapa jumlah delegasi yang akan berkunjung ke Labuan Bajo, karena para operator atau agen tour juga masih melakukan negosiasi atau penawaran.