REPUBLIKA.CO.ID, SALATIGA -- Jembatan Kali Kenteng dan Kali Serang yang merupakan bagian dari ruas jalan tol Salatiga-Solo didesain tahan gempa sampai 1.000 tahun. Saat ini, jembatan tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Direktur Utama PT Jasamarga Solo-Ngawi (JSN) David Wijayatno mengatakan, jembatan tersebut sempat mengalami perubahan desain pada awal 2018. Semula, jembatan didesain tahan gempa selama 500 tahun.
Kemudian setelah ditinjau kembali, desain diubah menjadi tahan gempa sampai 1.000 tahun. Hal tersebut berdasarkan aturan baru dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pembangunan jembatan harus tahan gempa sampai 1.000 tahun.
Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Desi Arryani meninjau pembangunan proyek jalan tol Semarang-Ngawi di Jembatan Kenteng, Salatiga, Rabu (17/10).
"Jembatan ini lebih kuat, lebih lentur. Aman kalau ada gempa tidak runtuh," kata David kepada wartawan di lokasi pembangunan Jembatan Kali Kenteng dan Kali Serang di Salatiga, Rabu (17/10).
Perubahan desain terutama pada bagian dudukan yang dipasangi karet sehingga lentur dan dapat menahan getaran gempa. Dari 12 jembatan di ruas jalan tol Salatiga-Solo hanya jembatan Kali Kenteng yang lentur karena bangunannya paling tinggi. Jembatan tersebut tingginya mencapai 39,5 meter.
"Juga ada perubahan bentuk peer head, dulu bentuk T sekarang hanya bentuk balok," imbuhnya.
Proses pengerjaan Jembatan Kenteng yang merupakan bagian dari proyek jalan tol Semarang-Kartasura, Rabu (17/10). Progress proyek jalan tol Salatiga-Kartasura sudah mencapai 91,6 persen.
Jembatan sepanjang 495 meter tersebut terdiri dari 12 bentang. Masing-masing bentang panjangnya 30 sampai 40 meter. Saat ini pembangunannya sudah hampir selesai, tinggal satu bentang yang belum terpasang. Dia memperkirakan pemasangan bentang dan gear selesai pada 24 Oktober 2018 kemudian dilanjutkan pengecoran lantai.
"Insya Allah awal November sudah selesai jembatan ini," ucapnya.