Ahad 21 Oct 2018 10:11 WIB

Ribuan Orang Protes Keterlibatan AS dalam Perang Vietnam

Dalam jajak pendapat 1967, dukungan warga AS untuk perang turun di bawah 50 persen

Rep: Fira Nursyabani/ Red: Nidia Zuraya
Foto hitam putih Perang Vietnam (Ilustrasi)
Foto: AP
Foto hitam putih Perang Vietnam (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pada 21 Oktober 1967, Di Washington, D.C. hampir 100 ribu orang berkumpul untuk memprotes keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam perang Vietnam. Lebih dari 50 ribu demonstran berbaris menuju Pentagon untuk meminta diakhirinya konflik tersebut.

Aksi protes ini adalah tanda paling dramatis dari memudarnya dukungan warga AS untuk Presiden AS Lyndon Johnson yang melibatkan pasukannya di Vietnam. Jajak pendapat yang diambil pada musim panas 1967 mengungkapkan, untuk pertama kalinya, dukungan warga Amerika untuk perang telah turun di bawah 50 persen.

Ketika pemerintahan Johnson mengumumkan mereka akan menaikkan pajak 10 persen untuk mendanai perang, skeptisisme publik meningkat. Gerakan perdamaian mulai mendorong lebih keras untuk mengakhiri perang.

Unjuk rasa di Washington adalah tanda paling kuat dari komitmen mereka untuk tujuan damai. Pemerintahan Johnson menanggapi dengan meluncurkan kampanye propaganda yang kuat untuk memulihkan kepercayaan publik dalam aksi perangnya.

Ia bahkan bertindak lebih jauh dengan memanggil Jenderal William Westmoreland, komandan pasukan AS di Vietnam, kembali ke AS untuk berbicara kepada Kongres dan publik. Upaya itu sedikit berhasil dalam menghadapi kritik terhadap perang.

Namun, dilansir di History, serangan jet pada awal 1968 menghancurkan banyak kredibilitas pemerintahan Johnson terkait Perang Vietnam.

Protes itu juga penting dalam menyatakan bahwa konsensus Perang Dingin domestik mulai retak. Banyak pengunjuk rasa tidak hanya mempertanyakan keterlibatan Amerika di Vietnam, tetapi juga kebijakan luar negerinya terkait Perang Dingin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement