REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- PBB siap turun tangan untuk menyelidiki kasus kematian jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi. Hal itu akan dilakukan bila Turki memintanya.
"Kami akan menunggu untuk melihat apakah kami mendapatkan permintaan resmi dari Turki," kata juru bicara PBB Farhan Haq pada Selasa (23/10), dikutip laman Yeni Şafak.
"Jika kami mendapatkan sesuatu seperti itu (permintaan resmi dari Turki), kami akan mengevaluasinya dan membuat keputusan berdasarkan permintaan yang kami terima," ujar Haq menambahkan.
Menurut Haq, agar setiap penyelidikan yang dilakukan PBB berhasil, dibutuhkan kerja sama dari semua pihak terkait. Dalam konteks ini tidak hanya Turki, tapi juga Saudi.
Baca juga, Sumber: Butuh Tujuh Menit untuk Bunuh Khashoggi.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan dilkukan penyelidikan yang cepat dan komprehensif untuk menguak misteri kematian Khashoggi.
"Guterres menekankan perlunya investigasi yang cepat, menyeluruh, dan transparan tentang keadaan kematian Khashoggi dan pertanggungjawaban penuh bagi mereka yang bertanggung jawab," kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengatakan bahwa pembunuhan terhadap Khashoggi terencana. Pembunuhan juga dilakukan secara brutal.
“Kami memiliki informasi bahwa pembunuhan itu (Khashoggi) tidak instan, tapi direncanakan,” ujar Erdogan ketika berpidato di Ankara pada Selasa (23/10).
Menurut Erdogan, Saudi telah menahan 18 orang yang terlibat dalam kasus ini. Ia meminta Saudi mengekstradisi ke-18 tersangka itu ke Turki untuk menjalani proses hukum di negaranya.
Kendati demikian, hingga saat ini jasad Khashoggi belum ditemukan. Namun Erdogan mengatakan tim Saudi mengeksplorasi Hutan Belgrad di Istanbul dan provinsi barat lau Yalova sebelum membunuh Khashoggi.