REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Mantan presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev mengkritisi rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik negaranya dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Menurutnya, INF telah menjadi salah satu pondasi perdamaian dan keamanan pasca-Perang Dunia II.
Gorbachev sebagai tokoh yang menandatangani INF bersama mantan presiden AS Ronald Reagan pada 1987 menilai, perjanjian tersebut telah berkontribusi besar dalam mereduksi keberadaan senjata nuklir milik kedua negara.
"Pada Konferensi Peninjauan Nonproliferasi Nuklir pada 2015, Rusia dan AS melaporkan kepada masyarakat internasional bahwa 85 persen dari persenjataan (nuklir) telah dinonaktifkan dan untuk sebagian besar dihancurkan," kata Gorbachev dalam tulisannya yang dimuat New York Times, dikutip laman kantor berita Rusia TASS, Jumat (26/10).
Menurutnya, pencapaian besar yang telah diraih Rusia dan AS melalui perjanjian INF berada dalam bahaya. "Presiden Trump mengumumkan pekan lalu rencana AS menarik diri dari perjanjian INF dan niat negaranya membangun senjata nuklir," kata Gorbachev.
Baca juga, Putin: Eropa di Bawah Bayang-Bayang Rudal Rusia, Jika ..
Dengan pengumuman Trump itu, kata Gorbachev, babak baru perlombaan senjata berpotensi dimulai. Ia berpendapat, INF bukanlah korban pertama dari urusan militerisasi dunia, terutama AS.
Pada 2002, AS telah menarik diri dari Antibalistic Missile Treaty. Kemudian tahun ini, Washington pun hengkang dari kesepakatan nuklir Iran. Belanja militer Negeri Paman Sam pun terus meningkat.
Menurut Gorbachev, dengan kemauan politik yang cukup, setiap masalah kepatuhan dengan perjanjian yang ada dapat diselesaikan. "Tapi seperti yang kita lihat selama dua tahun terakhir, presiden AS memiliki tujuan yang sangat berbeda dalam benak. Ini adalah untuk melepaskan AS dari kewajiban apa pun, batasan apa pun, dan bukan hanya tentang rudal nuklir," katanya.
AS, kata ia, pada dasarnya mengambil inisiatif untuk menghancurkan seluruh sistem perjanjian internasional. Padahal perjanjian yang berfungsi sebagai pondasi dasar untuk perdamaian dan keamanan setelah Perang Dunia II.
Menurutnya tidak akan ada pemenang dalam perang semua melawan semua, terutama jika berakhir dengan perang nuklir. Namun menurutnya, kemungkinan perang nuklir tak dapat dikesampingkan. "Perlombaan senjata yang tak henti-hentinya, ketegangan internasional, dan ketidakpercayaan universal hanya akan meningkatkan risiko," kata Gorbachev.
Kendati demikian, Gorbachev tidak ingin kehilangan harapan tentang dialog dan negosiasi untuk menyelesaikan masalah ini. Ia berharap Rusia mengambil sikap yang teguh, tapi seimbang.
Ia menilai peran PBB pun vital dalam masalah ini. "Saya berharap PBB, khususnya anggota Dewan Keamanan, yang diberikan Piagam PBB tanggung jawab utama untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional, akan mengambil tindakan bertanggung jawab," ujar Gorbachev.
INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987. Dalam perjanjian itu, kedua belah pihak dilarang memproduksi, memiliki, dan menguji coba rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer. Perjanjian INF telah berkontribusi melenyapkan 2.700 rudal balistik dan jelajah pada pertengahan 1991.