REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Program magang ke luar negeri masih terganjal kemampuan bahasa Inggris calon peserta. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatra Barat, Nasrizal, mengungkapkan bahwa hambatan kemampuan bahasa Inggris ini juga diakui oleh para rektor perguruan tinggi yang ada di Sumbar.
Padahal, menurutnya, sejumlah negara sudah menyatakan minatnya untuk menyerap tenaga kerja magang asal Sumbar, seperti Jepang, Australia, Korea Selatan, dan Uni Eropa. "Kalau Jepang sudah lumayan ya. Ada permintaan ke Korea, Australia, dan Uni Eropa namun TOEFL dan IELTS harus tinggi. Ketika syarat ini diajukan, mereka mundur," jelas Nasrizal, Jumat (26/10).
Nasrizal menyebutkan, untuk program magang ke Australia dan Uni Eropa misalnya, mensyaratkan calon peserta memiliki skor TOEFL minimal 400. Syarat ini dianggap memberatkan bagi sebagian besar calon peserta magang dari Sumatra Barat. Untuk menyiasatinya, Pemda sudah mencoba memfasilitas pelamar program magang untuk diberikan persiapan tambahan selama beberapa bulan.
"Saya sudah kumpulkan kawan-kawan rektor untuk persiapkan anak-anak. Kalau Ujian Nasional saja persiapan 4 bulan bisa, harusnya tes magang juga bisa disiapkan 4 bulan," ujar Nasrizal.
Program magang ke luar negeri, lanjut Nasrizal, mensyaratkan tiga hal utama yakni kemampuan fisik, kemampuan akademik, dan kemampuan bahasa. Khusus untuk program magang ke Jepang misalnya, peserta tidak diharuskan menguasai bahasa Jepang tingkat lanjut. Bahasa yang harus dikuasai 'hanya' kosa kata sehari-hari yang dianggap penting untuk dipahami, khususnya saat bekerja.
Sepanjang 2018, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumbar telah mengirimkan peserta magang ke Jepang sebanyak 240 orang. Tanggal 26 November mendatang direncanakan akan dilakukan seleksi kedua untuk tahun ini. Seleksi magang untuk tahun 2019 akan dilakukan pada Maret tahun depan.