REPUBLIKA.CO.ID, MUGLA -- Setidaknya 17 imigran gelap telah diselamatkan di Laut Aegea di lepas pantai barat daya Turki. Dilansir Anadolu, Ahad (28/10), para imigran meminta bantuan dari Penjaga Pantai Turki ketika perahu karet mereka mulai dipenuhi air dari distrik Emecik di provinsi Mugla.
Secara terpisah, di distrik Bodrum, 13 imigran gelap juga diselamatkan setelah kapal mereka tenggelam di Tanjung Turgutreis. Di antara para imigran, Mouch Navw, seorang ibu asal Irak berusia 31 tahun dari dua anak. Ia juga dalam kondisi hamil. Ibu itu meninggal di sebuah rumah sakit distrik.
Semua migran, yang kebanyakan adalah warga Palestina dan Irak, dirujuk ke kantor migrasi provinsi. Turki telah menjadi rute utama bagi imigran gelap yang mencoba menyeberang ke Eropa, terutama sejak 2011 ketika perang sipil Suriah dimulai.
Bulan lalu, juru bicara kepresidenan Turki mengatakan serangan besar yang menargetkan provinsi Idlib di barat laut Suriah dapat menyebabkan krisis pengungsi baru dari Turki ke Eropa.
"Masalah umum semua orang adalah bahwa solusinya harus lebih bersifat politik daripada militer," kata Ibrahim Kalin di ibu kota Ankara, seperti dilansir Aljazirah, Ahad (16/9).
Kalin mengatakan konsekuensi dari serangan militer skala penuh terhadap Idlib akan menyebabkan krisis kemanusiaan dan gelombang pengungsi baru. Menurutnya, pemerintah Turki berusaha untuk mempertahankan status Idlib saat ini, melindungi warga sipil, dan mencegah krisis kemanusiaan di Idlib.
"Tentu saja, gelombang migrasi baru tidak hanya akan membebani Turki. Itu bisa menyebabkan rantai krisis baru dari sini ke Eropa. Karena itu, tidak ada yang menginginkan ini," ujarnya.