REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA -- Badan Intelijen Amerika (FBI) mengatakan pelaku penembakan di sebuah bar di Kalifornia, Amerika Serikat (AS) beraksi sendiri. Pelaku yang diketahui veteran marinir tersebut membunuh 12 orang dalam aksinya di Thousand Oaks, daerah yang dikenal sangat aman dan memiliki tingkat kriminalitas rendah.
Pelaku diidentifikasi bernama Ian David Long berusia 28 tahun. Ia ditemukan tewas di lokasi kejadian, Borderline Bar and Grill. Asisten Direktur FBI Paul Delacourt mengatakan masih terlalu dini untuk mengungkapkan motif pelaku tapi ia diyakini beraksi sendirian.
"Kami pastikan untuk mendapatkan gambaran pikiran subjek dan kami akan melakukan yang terbaik untuk mengidentifikasi motivastinya," kata Delacourt, Jumat (9/11).
Ia menambahkan saat ini FBI sedang menginvestigasi adanya kemungkinan radikalisasi atau segala sesuatu yang berhubungan dengan kelompok teroris. Long melepaskan tembakan yang terlihat secara acak ke dalam sebuah bar pada pukul 23.30 waktu setempat.
Sheriff kepolisian setempat Geoff Dean mengatakan Long menggunakan senjata pistol Glock kaliber 45 yang dilengkapi dengan amunisi penuh. FBI berupaya melakukan investigasi kemungkinan pencucian otak dan radikalisasi mengingat Long pernah bertugas di Afghanistan.
Ia bergabung dengan Marinir dari 2008 sampai 2013. Pangkatnya kopral dan menjadi penembak runduk di Afghanistan. Menurut Dean ada kemungkinan Long mengalami trauma paska perang yang disebut post-traumatic stress disorder.
"Jelas ada sesuatu yang terjadi di dalam kepalanya yang membuatnya melakukan hal seperti ini," kata Dean.
Dean juga mengatakan pada bulan April lalu petugas polisi dipanggil ke rumah Long yang berada di dekat Newbury Park, sekitar 6 kilometer dari bar tempatnya melakukan penembakan. Saat itu polisi menemukan Long dalam keadaan gelisah. Para ahli gangguan mental sempat berbicara dengan Long dan yakin tidak perlu ada tindakan lebih lanjut.
"Ia berbicara sendiri di dalam rumah, Andah tahu, menendang lubang di dinding dan barang-barang dan salah seorang tetangga khawatir dan memanggil polisi, mereka tidak bisa mengeluarkannya dari rumah, jadi terjadi kebuntuan selama empat atau lima jam," kata tetangga Long, Richard Berge.
Berge yang menjaga anjing peliharaan ibu Long mengatakan setelah kejadian tersebut ibu Long sempat cemas anaknya akan mengakhiri hidupnya sendiri. Tapi ibunya Long tidak khawatir dengan keselamatannya sendiri.
Dean mengatakan ada sekitar 150 sampai 200 orang yang berada di Borderline saat kejadian. "Ini bisa sangat, sangat lebih buruk," kata Dean.
Sampai saat ini bar tersebut masih dipasangi garis polisi dan tidak ada yang boleh berada di dekatnya. Dean menggambarkan tempat lokasi kejadian seperti neraka. Sebelumnya ia mengatakan tempat tersebut terlihat sangat mengerikan. Dean menambahkan korban luka sebanyak 21 orang yang dirawat di rumah sakit sudah dizinkan pulang.
Penembakan masal itu kembali memicu perdebatan kontrol kepemilikan senjata api di AS. Bulan lalu ada 11 orang yang tewas dalam penembakan masal di Sinangog Tree of Life di Pittsburgh. Presiden AS Donald Trump mengatakan kematian para korban dapat dicegah jika ada senjata api di dalam sinagog tersebut.
Long menembak seorang petugas keamanan yang tidak memiliki senjata di luar bar. Ia lalu masuk ke dalam dan menembak staf keamanan lainnya. Seorang polisi setempat Sersan Ron Helus, yang baru berusia 29 tahun juga tewas ditembak Long di dalam bar. Dia dan seorang petugas patroli adalah petugas polisi yang pertama tiba di lokasi kejadian.
Borderline terkenal di kalangan mahasiswa dan sedang mengadakan College Country Night saat kejadian penembakkan. Sebuah kampus di dekat Thousand Oak, California Lutheran University meliburkan kelas mereka sementara kampus lainnya Pepperdine University juga berencana mengadakan pelayanan doa.
Cole Knapp, 19 tahun berada di dalam bar ketika penembakan mulai berlangsung. Ia mengatakan sempat melihat seorang laki-laki memegang senjata berjalan masuk. Ketika ia mau membayar tagihannya ia mendengar suara tembakan dan seorang perempuan muda jatuh ke lantai.
"Butuh beberapa detik bagi orang-orang untuk menyadari apa yang terjadi dan detik berikutnya yang terjadi hanya kekacauan," kata Knapp.
Knapp mengatakan dia dibantu orang yang bersembunyi di balik meja biliar dan lalu melarikan diri keluar. Ia memperingatkan orang-orang yang berada di luar untuk merokok, membantu para korban menuju ambulan.
Thousand Oaks sebuah wilayah pinggir kota dengan populasi 127 ribu orang. Perusahaan penelitian real estate Niche menyebutnya sebagai kota teraman nomor tiga di Amerika Serikat.
"Saya belajar, tidak penting di mana komunitas Anda, tidak penting bagaimana anda mengamankan komunitas Anda, hal ini bisa terjadi di mana pun," kata Dean.
Beberapa jam usai kejadian para anggota keluarga berkumpul di sebuah pusat gelanggang remaja menunggu nasib orang-orang yang mereka cintai. Jason Coffman salah seorang orang tua korban mengatakan Cody putranya yang baru berusia 22 tahun menjadi korban penembakan ini.
"Hanya dia dan saya tahu betapa saya mencintainya, betapa saya merindukannya, oh putra ku, aku sangat mencintaimu," kata Coffman sambil menangis.
Model dan Aktris serial televisi Sister, Sister Tamera Mowry-Housley sudah mengofirmasi keponakan perempuannya menjadi salah satu korban penembakan ini. Di akun Instagramnya Mowry-Housley mengungkapkan kepedihan yang ia rasakan.
"Alaina. Sayangku, sayang Alaina. Hatiku hancur. Aku masih tidak percaya. Ini tidak adil bagaimana kamu diambil dan begitu cepat kamu diambil dari kami," tulis Mowry-Housley.
Baca: Penembakan Massal Guncang Wilayah Paling Aman AS