REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosok yang bernama lengkap Shafiyyah binti Huyay bin Akhthab bin Sya’bah bin Tsa’labah bin Abaid bin Ka’ab bin al-Khazraj bin Abi Habib bin an-Nadhir bin an-Nuham bin Tahum itu rela meninggalkan keluarga dan segenap kaumnya.
Janda dari dua penyair Yahudi Sallam bin Maksyam dan Kinanah bin Abi al-Huqaiq tersebut memilih menikah dengan Rasulullah dan menjadi Muslimaah taat. Padahal, ia berasal dari komunitas penentang Islam. Ayahnya, Huyyay bin Akhthab, adalah pemimpin sekaligus tokoh Yahudi yang disegani kala itu.
Ia lahir dari Bani Quraidhah dan Nadhir. Keluarganya pun terpandang. Ibunya, Barrah binti Samuel, adalah keturunan dari Nabi Ya’qub. “ Allah dan Rasul-Nya lebih aku cintai dari kebebasan dan kembali kepada kaumku,” katanya.
Pernikahan ini mengikis kebencian kaumnya terhadap Muhammad. Sekaligus menjadi pintu strategis dakwah di kalangan Bani Quraidhah dan Nadhir. Karena itulah, Rasulullah sangat menghormati dan memuliakan Shafiyyah.
Suatu ketika, Shafiyyah pernah mendengar Hafshah, istri Rasulullah, berceletuk terkait dirinya. Putri Abu Bakar tersebut menyebut Shafiyyah, anak perempuan Yahudi. Rasulullah mendapatinya sedang menangis. Rasul pun bertanya ada apa gerangan?
Shafiyyah menceritakan apa yang terjadi. Rasulullah menjawab, ”Engkau adalah keturunan nabi dan di bawah lindungan Nabi SAW, lalu apa yang Hafshah banggakan atas dirimu?”