REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Semangat masyarakat menggeliatkan roda ekonomi pascabencana gempa semakin terasa. Hal ini bisa terlihat di area pasar darurat di Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (Baznas) Pusat berinisiatif mendorong hal tersebut. Setelah di tahap awal membangunkan lapak darurat untuk 100 pedagang, kini Baznas pun menambah lagi dengan sekitar 75 lapak lagi. Lebih dari 500 pedagang terpaksa beralih dari pasar lama yang rusak akibat gempa ke ke pasar darurat, atau berjarak sekitar 300 meter dari tempat semula.
Sisanya dibangun secara mandiri oleh para pedagang dan sebagian lainnya dibantu Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lombok Barat (Lobar) yang menyediakan lebih dari 25 tenda.
"Kita sangat berterima kasih atas apa yang dilakukan oleh Baznas Pusat. Walau darurat, minimal sudah ada pasar," ujar Kepala Disperindag Lobar, Agus Gunawan di pasar darurat Gunungsari, Rabu (14/11).
Meski kondisinya tidak seluas pasar sebelumnya, para pedagang sudah bisa beraktivitas dengan aman dan nyaman. Agus menyampaikan, pasar tersebut masih perlu ditata agar lebih rapi dan tidak banjir akibat hujan yang sudah turun dua pekan terakhir.
Direktur Micro Finance Baznas Pusat, Noor Aziz mengekaskan komitmen Baznas untuk terus mendukung kondisi pasar tersebut. Untuk mengantisipasi banjir, pihaknya telah melakukan pengurugan lebih dari 100 dum truck tanah di beberapa titik lokasi agar genangan air tidak mengganggu aktivitas ekonomi.
"Tapi itu pun belum cukup. Kita masih perlu sentuhan ekstra saat musim hujan ini," ujar Aziz.
Aziz menambahkan, selain masalah genangan air, Baznas juga telah membantu peningkatan akses jalan menuju area pasar darurat.
"Saat ini pun kita sedang bangun jembatan agar akses menuju pasar bisa lebih mudah,. Jembatan tersebut sangat dibutuhkan walaupun suplai listrik dan sarana sanitasi juga sangat mendesak. Mudah-mudahan untuk listrik dan sanitasi, Pemda bisa menyiapkan," kata Aziz.
Selain pasar darurat, Baznas Pusat pun saat ini sudah menyiapkan program permodalan untuk usaha kecil, dengan jumlah pinjaman antara Rp 3 juta sampai Rp 5 juta per orang. Aziz berharap bantuan ini mampu mengurangi ketergantungan para pedagang terhadap rentenir.
"Kita sudah siapkan gulirkan program micro finance untuk membantu aspek modal. Kami berharap proses peminjamannya maksimal setahun agar bisa digulirkan terus ke penerima yang lain," ucap Aziz.
Menurut Aziz, micro finance yang digulirkannya berbasis pada skema infak dan sedekah. Skema itu menurutnya membuat siapapun yang menerima manfaat merasa berkewajiban juga untuk membantu orang lain. Paling sedikit Rp 650 juta disiapkan untuk membantu kesulitan modal bagi pelaku usaha kecil di daerah terdampak gempa. Menurut Aziz, anggaran tersebut hanya permulaan saja karena pihaknya akan terus melakukan evaluasi program.