Rabu 14 Nov 2018 22:02 WIB

Kini Desa Sebemban tak Lagi Terisolasi

TNI AD membangun jembatan di Desa Sebemban lewat program TMMD.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Muhammad Fakhruddin
Warga melintasi jembatan penghubung Desa Sebemban dan Desa Melintang di Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur pada Selasa (13/11). Jembatan dibangun lewat program TMMD.
Foto: Rizky Suryarandika
Warga melintasi jembatan penghubung Desa Sebemban dan Desa Melintang di Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur pada Selasa (13/11). Jembatan dibangun lewat program TMMD.

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Rizky Suryarandika/Jurnalis Republika

Sebutan terisolisasi pantas menggambarkan Desa Sebemban di Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Letaknya berada di hulu anak sungai Mahakam dan dikelilingi rawa sebabkan sulitnya transportasi penduduk disana. Sewa perahu jadi satu-satunya pilihan penduduk saat air sungai meluap.

Ketua RT 10 Desa Sebemban, Miji menyebut ada 500 KK di wilayahnya. Mayoritas warga disana mengandalkan sumber penghasilan sebagai nelayan sungai atau penjual sarang burung walet. Bila ingin memenuhi kebutuhan, warga perlu ke pusat Kecamatan. Jaraknya paling cepat sekitar 30 menit menggunakan perahu. Biayanya pun tak murah, sekitar 250 ribu rupiah untuk sewa 1 perahu ukuran 10x4 meter persegi.

Beruntung ketika rawa tak banjir, penduduk bisa menempuh jalan darat. Tapi durasinya sekitar dua jam. Medan jalannya terjal berupa bebatuan dan tanah. Sekalinya ada jalan beraspal hanya satu jalur saja dan cuma 100 meter. Ketika malam tiba, tiada lampu bagi pengendara.

"Kalau hujan banjir sampai tenggelam rawanya bisa sampai dua bulan tergenang. Kami mesti sewa perahu enggak bisa lewat darat. Mahal," katanya pada Republika, Selasa (13/11).

Keluhan serupa disampaikan warga lainnya, Suyatno ketika ingin membeli kebutuhan dadakan seperti obat atau makanan bayi. Tiap bulannya, ia hanya sesekali ke pasar di pusat Kecamatan untuk belanja kebutuhan hidup. Kalau ada kebutuhan mendesak, ia terpaksa menyewa perahu yang harganya tak murah bagi seorang nelayan.

"Kalau lagi butuh apa-apa yang mendesak kayak obat pas sakit kan sulit. Siapa yang bisa duga datangnya sakit. Padahal paling saya sebulan sekali ke pasar," keluhnya.

TNI AD hadir menjawab masalah tersebut lewat program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-103 yang berlangsung sejak 15 Oktober. TMMD fokus membangun jembatan agar warga Sebemban dapat terhubung dengan Desa lainnya. Tepat pada penutupan TMMD ke-103, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Mulyono hadir meresmikan penggunaan jembatan bagi masyarakat umum.

Diketahui, panjang jembatan mencapai 1.100 meter dan lebar 4 meter. Bentuknya berupa jembatan kayu dengan komposisi materialnya kayu ulin. Bangunan jembatan ditopang oleh pondasi kayu setinggi satu meter. Biayanya ditaksir menghabiskan anggaran Mabes TNI sebesar 380 ratus juta. TNI AD mengambil opsi menghubungkan Deaa Sebemban ke Desa Melintang karena wilayahnya bersebelahan.

"Memang kebetulan disini belum pernah dibangun jembatan satu kilometer lebih dan dari kayu. Butuh tenaga profesional dan ahli digunakan untuk selesaikannya," ujar Mulyono.

Mulyono memastikan TMMD bakal terus dilakukan tiga kali dalam setahun. Tujuannya mengeratkan hubungan TNI dengan rakyat. TMMD, kata dia, ialah bukti nyata keterlibatan tentara membangun bangsa.

"Lanjut setahun tiga kali tinggal koordinasi ke Pemda untuk pemilihan lokasinya," sebut mantan Dandim 0906 Samarinda tersebut.

Berdasarkan pantauan, jembatan sudah mampu dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat. Warga setempat nampak mulai menikmati buah hasil kerja keras goyong royong anggota TNI dan masyarakat itu. Tak sedikit dari mereka yang menghentikan motor sejenak di ujung atau tengah jembatan.

Saat cuaca cerah, pemandangan dari jembatan berupa hamparan hijau rawa, biru langit dan putihnya awan yang mampu memanjakan mata. Sesekali ada gerombolan burung liar terbang melintas. Kondisi itu membuat sebagian pelintas tak ragu menghentikan sejenak perjalananya.

"Bagus jembatannya. Terimakasih sebesar-besarnya buat TNI yang bangun ini bareng sama suami saya juga ikut gotong royong," tutur warga Sebemban, Enny sembari memotret anaknya.

Juru Bicara Kesultanan Kutai Kertanegara, Pangeran Haryo Kusuma Poeger berpendapat TMMD mesti terus dilaksanakan. Sebab, pembangunan hingga pelosok tak bisa menggantungkan dari pemerintah saja. Ia menyambut positif TMMD sebagai wujud nyata kepedulian TNI terhadap masyarakat.

"Kalau bisa TMMD di desa-desa terpencil, karena tak bisa hanya dilakukan Pemprov saja. Perlu dukungan semuanya," ucapnya.

Plt Bupati Kutai Kartanegara Eddy Damansyah berkomitmen menyediakan anggaran bagi setiap pelaksanaan TMMD. Selama ini program TMMD dianggap mampu membantu pembangunan kawasan pelosok. Proses pembangunannya pun lebih cepat.

"Kami berkaitan dengan pembiayaan untuk material (TMMD). Jadi, mudah-mudahan program TMMD ini bersinergi dengan prioritas kami di Pemda," harapnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement