Kamis 15 Nov 2018 15:27 WIB

Peradaban Islam Kembangkan Model Kubah Masjid

Pada masa Rasulullah bentuk kubah masjid belum dikenal.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agung Sasongko
Jamaah Shalat Jumat berfoto di depan bangunan Kubah Sakhrakh di kompleks Masjid Al Aqhsa Yerusalem, Jumat (18/5). Penjajah Israel membuka akses wilayah ini bagi jamaah Shalat Jumat wanita, anak-anak, dan laki-laki berumur di atas 40 tahun.
Foto: Mahmoud Illean/AP
Jamaah Shalat Jumat berfoto di depan bangunan Kubah Sakhrakh di kompleks Masjid Al Aqhsa Yerusalem, Jumat (18/5). Penjajah Israel membuka akses wilayah ini bagi jamaah Shalat Jumat wanita, anak-anak, dan laki-laki berumur di atas 40 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -  Salah satu bagian bangunan yang khas dari masjid adalah kubah. Saat ini kubah tak ubahnya seperti simbol yang merepresentasikan masjid itu sendiri. Kendati demikian, kerap muncul pertanyaan, apakah kubah merupakan produk arsitektur murni Islam. Sebab, pada masa silam, kubah ternyata juga digunakan untuk bangunan atau rumahrumah peribadatan nonMuslim.

Syahruddin El Fikri, dalam bukunya yang berjudul Sejarah Ibadah mengatakan bahwa kubah sebetulnya tidak lahir dari kebudayaan Islam. Sebab, pada dasarnya Islam tidak membawa secara langsung tradisi budaya fisik. Islam juga tidak mengajarkan secara konkret tentang etika atau tata bentuk arsitektur.

Bila ditinjau secara historis, pada masa Rasulullah SAW kubah memang masih belum dikenal, sebagaimana menara dan mihrab. Arsitek K Cresswell dalam bukunya yang berjudul Early Muslim Architecture mengungkapkan bahwa desain awal Masjid Madinah memang belum sama sekali mengenal kubah.

Dalam rekonstruksi arsitekturnya, Cresswell menyebut bahwa masjid kala itu masih berupa bangunan sederhana. Konstruksi bangunan utamanya, kata dia, berbentuk segi empat dengan dinding sebagai pembatas sekelilingnya. Kemudian sepanjang bagian dalam dinding dibuat semacam serambi, yang terhubung langsung ke arah lapangan terbuka di bagian tengahnya.