REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara XII merancang kegiatan ekstrakurikuler tentang usaha pengolahan kopi dan cokelat. Ini diperuntukan bagi pelajar SMP dan SMA/SMK, termasuk yang di lingkungan pondok pesantren.
Bupati Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Kamis (15/11), mengatakan tiga hari lalu dirinya bersama kepala daerah lain bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta. Pada pertemuan itu Jokowi memberi arahan agar anak-anak muda sejak dini didesain sebagai generasi kreatif, termasuk soal kewirausahaan.
"Beliau mencontohkan besarnya potensi kopi sebagai penggerak ekonomi rakyat. Sekarang kami tindak lanjuti dengan kolaborasi Permkab Banyuwangi dengan PT PN XII untuk masuk ke sekolah-sekolah," ujar Anas seusai rapat dengan Dirut PTPN XII Berlino Mahendra di Banyuwangi, Kamis.
Anas mengatakan, SMP dan SMA/SMK, termasuk yang berbasis pesantren yang dekat dengan lokasi perkebunan bakal mulai dimasuki ekstrakurikuler pengembangan usaha kopi dan cokelat. PTPN XII di Banyuwangi, katanya, dikenal sebagai penghasil kopi dan kakao yang merupakan bahan baku cokelat. Komoditas itu telah diekspor ke berbagai negara, bahkan kakao dari Banyuwangi, yang lebih dikenal dengan sebutan cokelat Glenmore, dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia.
"Untuk SMA dan SMK, kami mengusulkan ada jurusan kopi dan cokelat. Usulan ini ke Pemprov Jatim karena SMA/SMK sudah dalam pengelolaan pemerintah provinsi, bukan lagi pemkab. Maka kami juga ajak kepala cabang Dinas Pendidikan Jatim di Banyuwangi untuk rapat dengan PTPN XII," ujar Anas.
Anas optimistis, dengan strategi ini, kelak bisa lahir banyak entrepreneur yang kreatif dalam menggarap potensi kopi dan cokelat Banyuwangi. BUMN, yakni PTPN XII dilibatkan karena mempunyai SDM yang berpengalaman di bidang pengolahan kopi dan cokelat.
Potensi pasar kopi dan cokelat, menurut Anas, sangat besar. Sesuai arahan Presiden Jokowi, kalau bisa semakin banyak anak muda mampu mengolah potensi agro menjadi sektor bisnis yang menjanjikan. Ada banyak kedai kopi dan cokelat dari luar negeri masuk Indonesia, padahal di negara mereka tidak ada perkebunan kopi dan kakao.
"Dengan kita garap hulu-hilir, termasuk menyiapkan SDM-nya, nilai tambah ekonomi ada di negara kita dengan digerakkan anak-anak muda, bukan hanya digarap gerai kopi-cokelat raksasa," katanya.
Anas menargetkan, dalam dua bulan ke depan, ekstrakurikuler itu sudah berjalan. Pihaknya sudah memetakan sekolah-sekolah di lima kecamatan yang dekat dengan wilayah perkebunan. "Jadi ini arahnya studentpreneur dan santripreneur karena juga masuk ke pesantren," ujarnya.