Selasa 20 Nov 2018 19:15 WIB

Kiai Ma'ruf Imbau Pendukung Capres Selalu Rukun

Kiai Ma'ruf meminta seluruh pendukung capres-cawapres menjaga sikap toleran.

Rep: Novita Intan/ Red: Bayu Hermawan
Kiai Ma'ruf Amin
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kiai Ma'ruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 1 KH Ma'ruf Amin menyerukan, agar para pendukung capres-cawapres untuk terus menjaga sikap toleran dengan tidak saling bertengkar. Apalagi, Nabi Muhammad SAW juga sudah menunjukkan jalan kelembutan adalah yang bisa merubah.

Hal itu disampaikan Kiai Ma'ruf dalam tausiahnya dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadalah oleh Relawan Jokowi-Ma'ruf Amin (Jamin) di Kota Medan, Selasa (20/11). Acara itu dihadiri oleh lebih dari 4000 ribuan warga dan majelis taklim setempat. Hadir Menantu Presiden Jokowi Bobby Siregar, Ustad Yusuf Mansur, dan Walikota Binjai H. Muhammad Idaham.

"Jadi berbeda partai pun, harus toleran juga. Sesama anggota partai tidak perlu bertengkar. Berbeda capres, sebagai bangsa, kita harus tetap rukun. Inilah namanya toleran," kata Kiai Ma'ruf dalam keterangan tulis yang diterima Republika, Selasa (20/11).

Kiai Ma'ruf mengatakan, perilaku cinta dan kasih sayang diantara sesama harus terus dikedepankan dan diutamakan. Kiai Ma'ruf mengibaratkan seluruh rakyat Indonesia seperti satu badan. Jika satu anggota badan merasa sakit, maka anggota badan yang lain pun juga akan sakit.

"Ini yang kita pahami. Maka berbeda agama, berbeda suku, tetap kita membangun mawaddah wa rahmah. Bukan saling membenci dan saling memusuhi," ujarnya.

Kiai Ma'ruf bercerita bagaimana memprihatinkannya di sejumlah negara di Timur Tengah. Sesama umat Islam di sana, bisa saling terlibat konflik. Hal itu terjadi di Suriah, Yaman, dan Afghanistan. Kiai asal Banten dan punya darah Madura itu menegaskan, bahwa umat Islam Indonesia tak boleh seperti itu.

"Karena kita berpegangan pada prinsip ukhuwah islamiyah, sesama umat Muslim, sesama warga negara Indonesia," ucapnya.

Diceritakan oleh Kiai Ma'ruf, bahwa Nabi Muhammad SAW mampu mengubah perilaku umat di jamannya dalam waktu 21 tahun. Dan dalam mengajak untuk berubah, Nabi Muhammad melakukannya dengan sangat santun.

Cara nabi itupun dipakai oleh para kiai pada jaman Nusantara. Ulama-ulama itu menasehati, bukan memaki-maki. Mengajak, bukan mengejek, dan merangkul bukan memukul, kata Kiai Ma'ruf. Dengan cara santun itulah Indonesia bisa menjadi negara Muslim terbesar di dunia seperti saat ini.

"Sebagian besar kita ini adalah umat Muslim. Dengan kesukarelaan, tidak ada paksaan. Tidak ada paksaan dalam agama. Tidak ada intimidasi. Tidak ada teror," kata Kiai Ma'ruf.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement