REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian menyebutkan sebagian besar pembunuhan terjadi dengan motif sakit hati, masalah personal, rasa tersinggung, dan dendam yang dialami pelaku pada korbannya. Dengan latar belakang tersebut, sebagian besar kejadian pembunuhan terjadi antara korban dan pelaku yang sudah saling mengenal.
"Pembunuhan itu ada dua kelompok besar, satu kelompok pembunuhan yang antara pelaku dan korban punya interaksi dan komunikasi. Itu (angkanya) 80 persen. Dari hasil olah TKP pasti terungkap," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (22/11).
Sementara, kata Dedi, 20 persen lainnya merupakan pembunuhan di mana korban dan pelaku tidak saling kenal. Kasus dengan kondisi ini, Dedi mengakui, lebih sulit diungkap karena korban dan tersangka tidak punya hubungan dan tidak ada interaksi.
Kasus seperti ini misalnya seperti kasus pencurian dan kekerasan yang berakibat korban menunggal dunia. "Jejak dari peristiwa itu berbeda-beda. Tapi sepanjang kasus pembunuhan yang ada keterkaitan antara korban dan tersangka, 90 persen bisa terungkap," ujar Dedi.
Dedi memaparkan, sepanjang 2018, sejak Januari hingga 23 Oktober 2018, terdapat sebanyak 625 kasus pembunuhan di INdonesia. Sebanyak 574 di antaranya atau 92 persen dapat diungkap.
Sebagian besar dari kasus pembunuhan terjadi dengan motif masalah probadi. "Kalau secara umum jumlah kasus yang terjadi di tahun 2018 cukup signifikan karena banyak operasi kepolisian," ujar Dedi menegaskan.
Dedi menambahkan, terdapat pula motif lain seperti atas alasan ekonomi dengan disertai perampokan, hingga pembunuhan yang dilakukan secara spontanitas. Motif-motif tersebut terungkap setelah polisi melakukan penangkapan tersangka.
Dalam dua pekan ini, kasus tiga kasus pembunuhan menonjol terjadi. Pembunuhan satu keluarga yang terdiri dari empat orang di Bekasi dilakukan oleh Haris Simamora pada Selasa (13/11). Haris membunuh keluarga tersebut diawali dengan rasa sakit hati.
Kasus berikutnya, Abdullah Fitri alias Dufi dibunuh oleh sepasang suami istri, Nurhadi dan SM yang sudah ia kenal di Tangerang, Ahad (18/11). Nurhadi dan SM membuang mayat Dufi ke dalam sebuah drum, di wilayah Bogor.
Lalu, pada Selasa (20/11) seorang pemandu karaoke bernama Ciktuti Puspita juga dibunuh oleh dua orang yang juga merupakan rekan korban. Polisi mengatakan, pelaku membunuh Ciktuti karena merasa tersinggung dengan korban dan terlibat cekcok.