Sabtu 24 Nov 2018 16:27 WIB

Pendidikan, Isu Terpenting Komunitas Muslim di India

Pendidikan telah diabaikan oleh semua segmen masyarakat.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Andi Nur Aminah
Muslim di India (ilustrasi)
Foto: NYTimes
Muslim di India (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,NEW DELHI -- Mantan Wakil Presiden India, Hamid Ansari, mengatakan bahwa pendidikan menjadi isu terpenting yang dihadapi oleh komunitas Muslim di India. Menurutnya, pendidikan telah diabaikan oleh semua segmen masyarakat dan itu hanya terbatas pada bagian kecil dari masyarakat.

Hal ini diungkapkan Ansari pada Seminar Mengenang Tokoh Insinyur Dr Asghar Ali yang ke-12, yang bertajuk "Muslim India: Dulu dan Kini".  "Kami telah mengidentifikasi masalah (yang dihadapi oleh Muslim) beberapa kali. Masalahnya adalah identitas dan keamanan, juga pendidikan. Dan saya merasa pendidikan adalah masalah yang paling penting," kata Ansari, dilansir di NDTV, Sabtu (24/11).

Ia mengatakan, Delhi memiliki sejumlah besar Sikh (salah satu agama terbesar di India, Red). Kebanyakan dari mereka adalah pengungsi. Menurutnya, mereka tidak hanya merehabilitasi diri mereka sendiri, tetapi juga telah mendirikan institusi keagamaan serta lembaga pendidikan mereka. "Jika sebuah komunitas kecil dapat melakukan itu, mengapa tidak bisa banyak komunitas yang lebih besar," lanjutnya.

Ansari melanjutkan, bahwa 190 juta populasi bukanlah minoritas, kecuali dalam hal teknis hukum. Menurutnya, berinteraksi secara berkelanjutan dengan komunitas yang lebih luas dari sesama warga lainnya adalah jawaban untuk menghilangkan hambatan mental. Ia mengatakan, interaksi tidak harus membatasi perilaku mereka.

"Jika saya berinteraksi dengan orang lain, saya akan melakukannya pada tingkat kesetaraan, tidak mengatakan cara saya adalah satu-satunya cara," ujarnya.

Ansari menambahkan, langkah interaksi tersebut telah berlangsung di berbagai belahan dunia. Dalam hal ini, ia mengatakan tidak melihat alasan mengapa interaksi tidak akan bekerja dengan baik di India. Seminar, yang didedikasikan untuk penulis reformis India dan aktivis sosial, diselenggarakan oleh Pusat Studi Masyarakat dan Sekularisme.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement