REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA Ardian Sopa dalam rilis survei terbaru LSI Denny JA yang digelar di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta, Selasa (27/11) menyebut setidaknya ada tujuh faktor terkait kondisi ekonomi yang menguntungkan calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) sebagai pejawat. Pertama mayoritas publik menilai kondisi ekonomi saat ini dalam kondisi baik.
"Sebesar 70,3 persen pemilih menyatakan kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang dan baik. Dan hanya minoritas yaitu 24,7 persen yang menilai kondisi ekonomi buruk," kata Ardian.
Kedua, Ardian menyebut sebanyak 37,8 persen responden mengaku optimis kondisi ekonomi nasional selama setahun ke depan membaik dari keadaan sekarang. Sedangkan 31,3 persen menilai kondisi ekonomi nasional selama dalam kurun waktu satu tahun kedepan tidak ada perubahan.
Faktor ketiga, mayoritas responden relatif mengapresiasi kinerja pemerintah di bidang ekonomi. Sedangkan 35,6 responden cenderung tidak puas dengan bidang ekonomi.
"Meskipun angkanya di bawah 70 persen, tapi masih lebih dari setengah masyarakat yang menyatakan puas di angka 56,8 persen," ujarnya.
Selain itu faktor keempat, lanjut Ardian, survei juga menemukan bahwa mayoritas responden optimistis bahwa keadaan ekonomi rumah tangga mereka membaik dalam satu tahun kedepan. Menurutnya hal tersebut berbeda dengan faktor nomor dua, yaitu yang berfokus pada keadaan ekonomi nasional.
"Karena seringkali ada perbedaan antara nasional dengan rumah tangga," ucapnya.
Selanjutnya faktor kelima, Ardian mengungkapkan adanya program unggulan Jokowi juga menjadi salah satu faktor yang menguntungkan Jokowi terkait kondisi ekonomi. Ia menjelaskan, salah satu kriteria yang masuk ke dalam program unggulan yaitu program pemerintah yang tingkat pengenalan oleh masyarakat mencapai di atas 50 persen dan disukai oleh lebih dari 80 persen masyarakat.
Ardian menyebut ada enam program pemerintahan Presiden Jokowi yang masuk kriteria program unggulan, diantaranya program Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), program Beras Sejahtera (Rastra), Program Keluarga Harapan (PKH), Pembangunan Infrastruktur, Pembagian Sertifikat Tanah.
Selain itu faktor keenam yaitu segmen agama minoritas yang menilai keadaan ekonomi saat ini buruk. Di antara responden non-Islam yang menilai keadaan ekonomi buruk, Jokowi justru tetap diuntungkan lantaran responden yang memilih mantan gubernur DKI Jakarta tersebut relatif masih tinggi dengan angka 52,2 persen.
Kemudian faktor yang terakhir adalah segmen Indonesia Timur yang menilai kondisi ekonomi nasional dalam keadaan buruk. Meskipun dinilai buruk, sebanyak 52,1 responden tetap mendukung Jokowi sebagai capresnya. Sedangkan pasangan Prabowo-Sandiaga hanya didukung oleh 21,4 persen responden di Indonesia bagian timur.
"Walaupun pemilih di segmen ini menilai ekonomi dalam kondisi buruk, namun Jokowi-Ma'ruf tetap menang," ujarnya.