Rabu 28 Nov 2018 15:39 WIB

Uni Eropa Sumbang Dana untuk Kembali Bangun Afghanistan

Perang antara pemerintah Afghanistan dan Taliban telah berlangsung 16 tahun.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Masyarakat Kota Kabul, Afghanistan menjajakan dagangannya di pinggir jalan, Rabu (28/2).
Foto: Republika/Andi Nur Aminah
Masyarakat Kota Kabul, Afghanistan menjajakan dagangannya di pinggir jalan, Rabu (28/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa telah menyiapkan bantuan dana sebesar 535 juta dolar AS untuk Afghanistan. Dana itu akan digunakan untuk keperluan pembangunan, keamanan, dan perdamaian di negara tersebut.

Komisi Eropa dalam pernyataan yang dirilis pada Selasa (27/11) malam mengungkapkan, kesepakatan mengenai paket bantuan keuangan ditandatangani Komisaris Eropa untuk Kerja Sama dan Pembangunan Internasional Neven Mimica dan Menteri Keuangan Afghanistan Mohammad Humayon Qayoumi di Konferensi Jenewa tentang Afghanistan.

Dana tersebut diharapkan untuk mendukung pembangunan negara, reformasi sektor publik, sektor kesehatan, reformasi peradilan, dan persiapan untuk pemilu serta mengatasi tantangan migrasi dan pengungsi di negara tersebut.

“Uni Eropa berdiri berdampingan dengan Afghanistan dan rakyatnya untuk membangun masa depan yang lebih kuat bagi negara itu,” ujar Mimica.

Sebelumnya Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah menghadiri pertemuan tingkat tinggi dengan diplomat-diplomat internasional di Jenewa. Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk membahas pembangunan serta perekonomian Afghanistan yang hancur akibat konflik selama bertahun-tahun.

Afghanitan diketahui telah menghadapi konflik berkepanjangan dengan milisi Taliban yang menghendaki ditegakkannya hukum syariat di negara tersebut. Pada Juli lalu, Ghani telah berupaya mengajak Taliban terlibat dalam perundingan damai. Namun Taliban menolak penawarannya.

Taliban menghendaki agar pembicaraan damai tidak hanya melibatkan kelompoknya dan pemerintah, tapi juga Amerika Serikat (AS). "Jadi bila ada pembicaraan, mereka (Pemerintah Afghanistan) harus bersama-sama (AS). Kalau tidak, mereka tidak akan memiliki hasil apa pun," ujar juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.

Peperangan antara Pemerintah Afghanistan dengan Taliban telah berlangsung selama lebih dari 16 tahun. Peperangan telah menyebabkan ribuan warga sipil tewas. Pada tahun lalu saja konflik telah membunuh atau melukai lebih dari 10 ribu warga sipil.

Selama memerangi milisi Taliban, pasukan Afghanistan dibantu oleh militer AS. Serangan udara pun kerap dilancarkan militer AS ke basis-basis Taliban.

Namun Taliban belum menyerah. Serangan militer Afghanistan dan AS tak jarang dibalas Taliban dengan serangan bom bunuh diri yang turut menewaskan warga sipil. Ibu Kota Afghanistan Kabul merupakan kota yang kerap menjadi sasaran serangan bom bunuh diri tersebut.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement