REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menggelar delapan pertemuan bilateral salah satunya dengan Papua Nugini. Dalam kesempatan itu, Papua Nugini yang diwakili Menteri Luar Negeri Papua Nugini Rimbink Pato, mengucapkan belasungkawa atas tragedi pembunuhan 31 pekerja di Nduga, Papua, beberapa waktu lalu.
"Atas nama rakyat dan pemerintah Papua Nugini saya menyampaikan belasungkawa kepada mereka yang telah kehilangan orang-orang yang mereka cintai selama peristiwa di seberang perbatasan," ujar Rimbink usai pertemuan bilateral itu, di Bali Democracy Forum (BDF) di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Nusa Dua, Kamis (6/12).
Rimbink menegaskan, sikap pemerintah Papua Nugini bahwa Papua dan Papua Barat adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Indonesia. Indonesia, kata ia, selalu mendapatkan dukungan penuh Papua Nugini, menyangkut perbatasan kedua negara.
Baca Juga: Kisah Irawan Selamat dari Pembantaian di Papua.
Karena itu Papua Nugini memberikan dukungan terhadap pemerintah Indonesia untuk menangkap dan memeriksa para pelaku. "Tidak dapat diragukan lagi bahwa posisi Papua Nugini konsisten dalam masalah Papua Barat dan Papua, kami berdiri teguh pada kebijakan itu," tegasnya.
Sementara itu Retno mengatakan, Indonesia menghargai sikap konsisten Papua Nugini atas kedaulatan wilayah Indonesia. Maka Indonesia dengan Papua sepakat untuk meneruskan kerja sama untuk memperkuat hubungan bilateral, terutama di bidang ekonomi.
"Kita juga berbatasan langsung dengan PNG dan kami sepakat untuk mengembangan perbatasan serta memperkuat people to people contact,” terang Retno.
Sebelumnya, sebanyak 31 pekerja PT Istaka Karya dibunuh oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pimpinan Egianus Kogoya, sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM). Tragedi pembantaian itu diduga karena para pekerja mengambil gambar kegiatan hari ulang tahun (HUT) OPM pada hari Sabtu 1 Desember 2018 lalu.