REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim, KH Didin Hafidhuddin berpandangan, masjid harus bisa menjadi rujukan bagi semua Muslim dari berbagai latar belakang. Masjid harus bisa memenuhi kebutuhan rohani dan psikologi jamaahnya.
KH Didin mengatakan, masjid harus kembali menjadi tempat rujukan. Bahkan masjid bisa menjadi rumah kedua bagi umat. Di dalam Alquran disebutkan bahwa masjid didirikan untuk pembangunan ketakwaan dalam pengertian luas.
Ia mengungkapkan, bersyukur masjid di perkotaan dan di perkantoran rata-rata dipenuhi jamaah yang ekonominya cukup. Mereka adalah pegawai dan profesional yang mulai sadar akan keislamannya.
"Saya lihat itu di setiap kantor, di BUMN, di mana-mana, usia mereka relatif muda, rata-rata di bawah 50 tahun, usia mereka sekitar 30 sampai 40 tahun," kata KH Didin kepada Republika.co.id, Senin (10/12).
Ia menambahkan, jumlah jamaah masjid seperti itu sangat banyak. Di kemudian hari mereka akan menjadi para pemimpin yang bernuansa keislaman. Di antara mereka akan ada yang memimpin Bangsa Indonesia.
Didin berharap mudah-mudahan masjid bisa menampung fisik jamaah dan aspirasi jamaah. Jadi masjid harus bisa merespons kebutuhan psikologis dan rohani jamaahnya. Dia mengatakan, seharusnya masjid tidak hanya memiliki program yang berkaitan dengan ibadah mahdah. Tetapi juga memiliki program yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup.
"Bagaimana cara bermuamalah, cara berkeluarga yang baik, berekonomi yang baik, kalau mereka menjadi politikus bagaimana menjadi politikus yang baik, cara berdagang yang baik," ujarnya.
KH Didin menegaskan, artinya masjid harus bisa menjadi rujukan semua Muslim dari berbagai latar belakang. Masjid bisa mempersatukan umat karena masjid tempat penyatuan. Jamaah ruku dan sujud bersama.
Ketika jamaah melakukan ruku dan sujud secara rutin, maka akan tercipta kesatuan hati. Setelah tercipta kesatuan hati akan tercipta kesatuan pemikiran. Kemudian tercipta kesatuan visi dan misi hidup.
"Kemudian tercipta kesatuan amaliah dalam membangun bangsa, negara, masyarakat dan umat, sekarang harus didorong agar masyarakat kembali ke tempat yang berwibawa yaitu masjid," jelasnya.
KH Didin juga mengingatkan, masjid adalah pusat peradaban. Di masjid bisa membicarakan pembangunan bangsa, kesejahteraan, politik, kepemimpinan dan lain sebagainya. Nuansa masjid adalah nuansa religi, jadi setiap orang tidak akan bicara sembarangan di masjid.